* diambil dari buku 5 cm
Kamu sangat berarti, istimewa di hati
Slamanya rasa ini… bila nanti kita tua dan hidup masing-masing
Ingatlah hari ini _______________ (Ingatlah hari ini, Project P)
Sebuah cerita, sebuah kenangan menjadi satu dalam sebuah catatan perjalanan dan foto yang berbicara akan keagunganMu.. Dan cerita itu dimulai…
HARI 1 (14 September 2010)
Pagi yang ditunggu telah tiba. Kumandang adzan subuh sudah terdengar, dan saya masih berkutat dengan 2 karier dan 1 daypack yang akan saya dan Nesa bawa. Setelah semua selesai bergegaslah saya untuk mandi, dan bersiap-siap. Mengingat semalem kita udah janji untuk bertemu dengan Yudi di Terminal Bungurasih atau Purabaya Surabaya jam 5.00 dini hari. Tapi apa daya, Nesa baru nyampe kosan jam 5. Langsung aja tanpa babibu pergilah kita ke Bungurasih menggunakan motor. Dan ternyata Yudi sudah disana menungggu kedatangan kita. Tanpa pikir panjang kita bertiga langsung cari bus Surabaya-Malang. Bus pun udah standby, dan langsung berangkat ketika kami menaikinya. Dengan ongkos Rp 12.000 per orang, sampailah kita di Terminal Arjosari Malang sekitar pukul 07.15. Disini kami bertemu dengan tiga orang lagi, om Wawo, om Indra, dan Rifki. Meeting point di depan pintu keluar bus, satu persatu mereka bermunculan disana. Rombongan pertama lengkap, Clara, Nesa, Yudi, Om Wawo, Om Indra, dan Rifki. Akhirnya ketemu juga angkot Arjosari-Tumpang. Begitu sampai Tumpang sebagian dari kami, melengkapi logistic dan fotokopi ID untuk keperluan simaksi. Tak sengaja pula kami, bertemu dengan 3 pendaki dari Bandung yang sama-sama mau ‘ngesot’ ke Semeru. Akhirnya barenglah kita dengan 3 orang itu yang kami sebut rombongan ‘Mas Norman’.
Angkot putih itu berhenti di depan Pos Perhutani Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) tepat pukul 09.00.
Karier satu persatu keluar dari tubuh angkot yang mungil itu, dan setelah menyelesaikan pembayaran, maka kami pun segera menyelesaikan simaksi untuk pendakian ke Tanah tertinggi di Jawa itu. Dan karier-karier itu berpindah ke atas tubuh jeep yang garang yang sebelumnya sudah kami pesan (FYI jeep tumpang-ranupane PP 750.000). Saya dan Om Wawo pun mulai memasuki ruangan administrasi, dengan modal fotokopi KTP rangkap 2 dan fotokopi surat keterangan sehat rangkap 2 juga uang 7000/orang, simaksi pun keluar. Mudah dan simple. Simaksi pun keluar untuk 12 orang. Berhubung rombongan kedua masih di negeri antah berantah (kereta tambahan Jakarta-Malang yang mereka sebut kaleng neraka), kami ber-6 mendahului mereka dan berniat untuk menunggu di Ranu Kumbolo. Pesan singkat terkirim, dan rombongan kedua setuju, melihat tidak ada kejelasan kapan mereka sampai Malang.
Berangkatlah kami menuju Ranu Pane. Perjalanan Tumpang-Ranupane membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Sampai disana saya menyelesaikan perijinan pendakian, dan yang lainnya mulai makan siang. Setelah semua selesai kita mulai check recheck packingan masing-masing.
Langkah kami perlahan menapaki areal persawahan tepat pukul 13.15. Langkah-langkah kecil ini mulai menapaki lereng Semeru perlahan-lahan. Sebentar-sebentar kami berisitirahat, untuk mengadaptasikan kaki ini yang sudah jarang berolahraga di alam bebas ( ngeles, dasarnya emang ngesot koq, apalagi saya :hammer:).
Medan yang begitu jelas dan tidak terlalu menanjak, rimbunnya pepohonan, juga semangat kami yang membara (bagaikan api menyala-nyala waktu olimpiade) sampailah kami di Ranu Kumbolo pada pukul 17.30. Hari sudah gelap, cepatlah kami membikin tenda dan mulai memasak untuk ‘canddle light dinner at Ranu Kumbolo’ (kalo yang ini becanda org kita cuma masak bihun rebus gara2 dingin bangeet). Setalah semua makan, peralatan dapur diberesin, tidurlah kita di pelukan kabut Ranu Kumbolo.
HARI 2 (15 September 2010)
Matahari belum muncul, tapi hari sudah mulai terang, dan dingin masih menyelimuti kami semua. Perlahan kami bangun satu per satu, sebagian dari kami termasuk saya langsung ambil kamera dan tak mau melewatkan sunrise di Ranu Kumbolo yang aduhaai eloknya. Indah nian surga Semeru ini.
Setelah hari agak siang cepatlah kami memasak dan mulai bongkar tenda. Menu pagi ini sup merah, kering tempe, dan srondeng.
Hummn, apapun makanannya selama jauh dari peradaban masih tetap enak.
Dalam benak kami, pikiran melayang ke rombongan kedua yang dari Jakarta dan Cirebon. Bagaimana nasib mereka? Kenapa belum sampai sini juga? Kami putuskan untuk menunggu mereka di Kalimati dan menitipkan pesan kepada pendaki yang mau turun ke Ranu Pane.
Jam tangan udah menunjukkan 08.30 dan kami ber-6 sudah ready. Sebelumnya kami selalu berdoa memohon berkat dan karuniaNya. Awal perjalanan kita langsung disuguhi Tanjakan Cinta.
Yaah, dengan nafas ngos-ngosan (tidak dgn lidah keluar) sampailah kami diatas bukit itu dan kami melihat apa yang disebut Oro-Oro Ombo. Kami memilih jalan yang kebawah (yg kanan), kata Nesa biar kerasa Into the Wildnya. Memang benar, diantara padang ilalang itu kami berjalan beriringan, sambil ambil foto sana-sini (tak ketinggalan saya jugaa donk).
Tiba di perbatasan yang mulai memasuki hutan, kami beritirahat sebentar disana. Kami berempat (Clara, Nesa, Om Indra, dan Rifki) jalan duluan dikarenakan Om Wawo mau ngumpetin sebagian logistik. Pelan tapi pasti kami berjalan. Tidak sedikit kami berpapasan dengan pendaki yang turun maupun yang sama-sama naik. Siang hari kami beristirahat sejenak memakan bekal siang untuk mengganjal perut ini di Blok Jambangan sambil menunggu Om Wawo dan Yudi. Kurma dan Sari Nata de Coco mulai mengisi perut kami. Sedikit tenaga lagi untuk mencapai Kalimati.
Akhirnya dengan terengah-engah Om Wawo dan Yudi sampai juga di Blok Jambangan. Setelah semua siap melangkah, karier satu per satu terpasang di pundak masing-masing.
Tak berapa lama, sampailah kami di Kalimati. Sudah nampak tenda-tenda berwarna-warni menghiasi tanah berpasir ini diantara para edelweisnya. Akhirnya kami memilih spot yang akan ditinggalkan penghuninya. Saya, Om Wawo, dan Indra mulai memasang tenda masing-masing. Dan ketiga orang yang lainnya mengisi air di Sumber Mani yang cukup jauh dari situ (menurut saya).
Tenda selesai dibikin dan ketiga orang sudah kembali dengan berliter-liter air di pundaknya. Kami segera memasak, dan mulai berharap-harap cemas dengan rombongan kedua. Mengingat senja mulai menjemput, dan mereka ber-6 belum menunjukkan batang hidungnya.
Sambil menikmati senja itu, bersama obrolan ringan dengan secangkir kopi capuccino dan alunan musik Mahameru (Dewa 19) kami bercanda diantara pohon-pohon yang bergoyang tertiup angin.
Mendaki melintas bukit berjalan letih menahan berat beban
Bertahan di dalam dingin berselimut kabut Ranu Kumbolo
Menatap jalan setapak bertanya-tanya kapankah berakhir
Mereguh coklat susu menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda
Tak berapa lama, rombongan kedua muncul dengan kedatangan tiga orang yaitu Nanoenk, Fajar, dan Angga. Dan berikutnya mulai disusul Anduk, Awal, dan Angan. Akhirnya, lengkap sudah personil kami.
Disini planning mulai berubah, yang rencana kita akan muncak malam ini, diundur besok malam melihat fisik dari rombongan Jakarta yang sudah pasti teramat lelah. Tetapi Om indra dan Rifki tetap pada planning, mengingat masih ada job menunggu di hari Sabtu. Rombongan summit attack akhirnya terpisah. Malam ini, Om Indra dan Rifki muncak bareng teman-teman dari SMA 4 Jogja dan beberapa dari yang lain. Sedangkan kita ber-10 tidur lelap beralaskan pasir Kalimati dan gemuruh langit yang membahana.
HARI 3 (16 September 2010)
Pagi telah datang, planning hari ini hanyalah menyiapkan fisik untuk summit attack nanti malam. Kami mencoba bermain-main di Sumber Mani, bercanda bersama disana tapi tidak untuk buang hajat bersama :hammer: .
Kamera kami kalungkan di leher, siap untuk mencari hal-hal yang tidak biasa di mata kami sambil mengisi waktu hingga tengah malam tiba.
Sebagian dari kami mulai bereksperiman dengan masakan.
kami juga sembari berolahtaga ke Sumber Mani.
Dan di siang ini saya terlalu sering memutar lagu Cahaya Bulan (OST GIE) dalam dentuman earphone ipod.
… disini ku berdiskusi dengan alam yang lirih
kenapa matahari terbit menghangatkan bumi
aku orang malam yang membicarakan terang
aku orang tenang yang menentang kemenangan oleh pedang…
Siang sudah menjamah, matahari sudah diatas kepala tetapi awan menutupinya. Om Indra dan Rifki mulai terlihat dari kejauhan. Akhirnya, mereka selamat sampai dsini lagii. Dan perlahan awan mendung mulai melingkupi kawasan Kalimati, tak berapa lama hujan mulai menetes dan kami menghentikan semua aktifitas dan kembali ke tenda masing-masing. Om Indra dan Rifki pun mengurungkan niat untuk turun hari itu juga, melihat hujan yang kelihatannya ‘awet’.
Sampai senja menghampiri pun, hujan rintik-rintik masih membasahi tenda ini. Sebagian kami pun sudah terlelap dengan mimpi Mahameru (mungkin).
Alarm handphone butut saya sudah berdering, pukul 22.00. Waktunya bangun, mengisi perut dengan makanan berkalori yang harus bisa bertahan untuk mencapai puncak. Tepat pukul 23.00 semua sudah ready yaitu kita ber-9 dari OANC dan ditambah 1 orang dr Jakarta yaitu Otoy. Satu orang dari kita, Anduk merelakan diri untuk stay di tenda, mengingat dia harus balik Jogja menggunakan motor dari Malang. Tak lupa kami memanjatkan doa, untuk memohon bimbingan yang Kuasa agar kami bisa sampai Puncak bersama dan kembali bersama pula.
Malam itu cerah, teringat sebuah lagu dari Padi yang berjudul Mahadewi,
Hamparan lagit maha sempurna
Bertahta bintang-bintang angkasa
Namun satu bintang yang berpijar.
Teruntai turun menyapa aku
Ada damai yang kurasakan…..
HARI 4 (17 September 2010)
Dinginnya lereng Semeru ini membayangi perjalanan kami. Penunjuk jalan kami, Nesa yang sebelumnya pernah ke Semeru bersama trip Om Utan, menjadi leader kami malam ini. Dan sweeper tetap pada Yudi. Berulang kami beristirahat, berulang kali kami melihat ke atas, dan terasa Mahameru sangat jauh. Arcopodo telah terlewati, perlahan tibalah kami di Cemoro Tunggal. Hari masih gelap, dingin menusuk tulang kami, dan pasir-pasir ini membuat saya sedikit putus asa. Teringat sebuah lagu, Time is Running Out[/I] nya Muse
I won't let you bury it
I won't let you smother it
I won't let you murder it
But our time is running out
But our time is running out
You can't push it underground
You can't stop it screaming out
Semangat muncul kembali, tak henti-hentinya orang yang ada di depan dan belakang saya menyemangati, akhirnyaaaaaaaa…..
Tepat pukul 05.30 saya dan rombongan tiba di PUNCAK MAHAMERU, puncak abadi para dewa
… Mahameru berikan damainya, didalam beku Arcapada
Mahameru sebuah legenda tersisa, puncak abadi para dewa
Masihkah terbesit asa anak cucuku mencumbui pasirnya
Disana nyalimu teruji, oleh ganas cengkraman hutan rimba….
Rasa-rasanya inilah klimax dari perjalanan 3 hari lalu. Inilah tujuan awal kita. Dan sekarang disini kita berdiri. Yaah, sebuah tanah tertinggi di Pulau Jawa. Setidaknya kaki-kaki kami pernah menapakinya walau hanya sesaat.
3676 mdpl
langkah ini gontai, tapi semangat kami tidak putus
pundak ini lemah, tapi hati berkata 'terus'
kaki ini lelah, tapi otak kami tetap maju
langkah demi langkah, kami menyusuri alur itu
tanah datar menjadi persinggahan sementara
nafas mulai menjadi patahan desah
tapi semua terbayarkan...
terbayar dengan symphoni alam yang takkan pernah terenggut
Mahameru, luarbiasa elokmu
kugoreskan kaki kecil ini diatasmu
kupanjatkan doa di atas tanahmu
di tanah tertinggi, pulau ini
Terimakasih Tuhan, kesempatan mencium bau tanah ini
sebuah penghargaan hidup
antara aku, kamu, dan mereka
tetaplah mencintai alam kita
_clara
Pukul 06.30 kami mulai menuruni lereng semeru itu lagi. Dengan tawa yang sumringah kami berjalan beriringan, dan akhirnya terpecah. Rasa-rasanya kami bermain ski diatas pasir dengan trekking pole di tangan. Pasir yang gembur memudahkan kami berlari di kemiringan. Jujur saja, kami tidak tega melihat wajah-wajah lelah dan putus asa para pendaki yang baru akan mencapai Mahameru, tidak sedikit para 160 :mewek . Beruntunglah saya, punya teman2 seperjalanan yang masih menyemangati hingga Mahameru tergapai. You’re great friends. :kiss …..
Hanya 2 jam dari puncak Mahameru sampailah kita di Kalimati tepat pukul 08.30. Waktu yang begitu kontras ketika pendakian. Sampai di Kalimati sebagian dari kami langsung tepar, ada juga yang membuat makan siang dulu seperti saya dan Om Wawo. Pukul 09.00 Om Indra dan Rifki meninggalkan kami untuk turun duluan langsung menuju Ranupane. Mulai pukul 12.00 kami mulai bangun dari tidur dan bersiap-siap packing, melanjutkan perjalanan menuju Ranu Kumbolo.
Dengan candaan ringan tak terasa packing baru selesai pukul 14.00 dan segeralah kami meninggalkan Kalimati, dan bergegas menuju Ranu Kumbolo melihat awan yang tidak mendukung. Mulai Blok Jambangan hujan gerimis mengiringi kita. Dengan dengkul-dengkul yang sedikit racing kami semua mencoba untuk berlari agar sampai di Ranu Kumbolo tidak kemaleman.
Akhirnya sampai di Ranu Kumbolo kurang lebih pukul 16.00 dengan awan yang masih menggelayut dan matahari pun enggan menampakkan dirinya. Setelah beristirahat sejenak, sambil memandang jauh kedepan layaknya melihat bioskop penampakan alam yang luar biasa indahnya.
Spot untuk 4 tenda sudah dipilih. Satu persatu tenda berdiri. Acara memasak pun dimulai, sambil bercengkerama kesana-kesini tanpa henti.
Dan malam pun datang memeluk, dalam belaian lembut angin Ranu Kumbolo kami pun tertidur malam itu. Suasana begitu tenang, nyanyian alam pun mengiringi mimpi-mimpi kami. Suasana seperti inilah, yang membuat saya selalu rindu untuk kembali melangkahkan kaki ke tanah-tanah tertinggi.
HARI 5 (18 September 2010)
Pagi menjelang, dan kami masih melingkar di dalam tenda. Ada yang sudah bersiap mengambil foto, ada yang sekedar mencuci muka, ada juga yang bersiap membuat sarapan. Pagi ini cuaca cerah, bersahabat dengan kepulangan kami. Planning kepulangan dibuat, diputuskan kami pulang melewati Gunung ayak-ayak. Lagi-lagi yang tau medan hanyalah Nesa, dy lagi yang jadi leader kita saat itu.
Pukul 10.00 semua sudah siap, packing rapi, sampah sudah ‘digembol’, dan doa dimulai. Perjalanan dimulai. Memang, pemandangannya diawal bagus banget (kalo saya ngeliat kayak di Juracssic Park sama yang diceritakan buku 5cm) . Tapi medan yang menanjak tidak begitu bersahabat dengan kaki kami yang mulai melemah. Arrrrgh, nanjak lagi dan lagi. Huuuuft,…
Akhirnya sampai di Ranu Pane tepat pukul 14.00, dan jeep sudah menunggu kita untuk kembali ke peradaban.
Yaaah, Semeru… banyak darimu yang kami dapatkan..
sebuah nilai persahabatan.. sebuah nilai kepedulian.. sebuah nilai kerjasama.. sebuah nilai tentang menghargai hidup..
Entah kapan, suatu saat aku akan kembali lagii….
Kita Untuk Selamanya (Bondan Prakoso feat Fade 2 Black)
Bergegaslah kawan sambut masa depan, tetap berpegang tangan, saling berpelukan
Berikan senyuman, sebuah perpisahan, Kenanglah sahabat Kita untuk Selamanya
Sabtu, 16 Oktober 2010
Senin, 11 Oktober 2010
senja
belum lama aku menyukaimu
belum lama pula engkau ku amati begitu dekat
senja..
engkau memberi teduh dalam pekatnya aktifitas
engkau torehkan keindahan dalam pelupuk mata
engkau selalu menemani dalam kesendirian ini
senja..
kini kau kunantikan
ketika gelap mulai mendekap, engkau lepas aku
senja..
aku menyukaimu
sama seperti aku melihat matanya.....
_sebuah senja temaram bersama pikiran tentangmu_
clara
belum lama pula engkau ku amati begitu dekat
senja..
engkau memberi teduh dalam pekatnya aktifitas
engkau torehkan keindahan dalam pelupuk mata
engkau selalu menemani dalam kesendirian ini
senja..
kini kau kunantikan
ketika gelap mulai mendekap, engkau lepas aku
senja..
aku menyukaimu
sama seperti aku melihat matanya.....
_sebuah senja temaram bersama pikiran tentangmu_
clara
3676 mdpl
langkah ini gontai, tapi semangat kami tidak putus
pundak ini lemah, tapi hati berkata 'terus'
kaki ini lelah, tapi otak kami tetap maju
langkah demi langkah, kami menyusuri alur itu
tanah datar menjadi persinggahan sementara
nafas mulai menjadi patahan desah
tapi semua terbayarkan...
terbayar dengan symphoni alam yang takkan pernah terenggut
Mahameru, luarbiasa elokmu
kugoreskan kaki kecil ini diatasmu
kupanjatkan doa di atas tanahmu
di tanah tertinggi, pulau ini
Terimakasih Tuhan, kesempatan mencium bau tanah ini
sebuah penghargaan hidup
antara aku, kamu, dan mereka
tetaplah mencintai alam kita
_clara
pundak ini lemah, tapi hati berkata 'terus'
kaki ini lelah, tapi otak kami tetap maju
langkah demi langkah, kami menyusuri alur itu
tanah datar menjadi persinggahan sementara
nafas mulai menjadi patahan desah
tapi semua terbayarkan...
terbayar dengan symphoni alam yang takkan pernah terenggut
Mahameru, luarbiasa elokmu
kugoreskan kaki kecil ini diatasmu
kupanjatkan doa di atas tanahmu
di tanah tertinggi, pulau ini
Terimakasih Tuhan, kesempatan mencium bau tanah ini
sebuah penghargaan hidup
antara aku, kamu, dan mereka
tetaplah mencintai alam kita
_clara
Selasa, 27 Juli 2010
...Ketika Garuda perlahan mulai tersapu...
butiran pasir menyeruak dalam pijakan
debu menggambar jelas dalam pandangan
batuan bergemuruh melawan gravitasi
lama sudah penantian ini...
Puncak Garuda dalam naungan Sang Merapi
Kini hilang, tinggallah sisamu yang masih berdiri tegak
Berdiri bersama Sang Saka Merah Putih yang berkibar
Tetaplah menjadi misteri
Tetaplah kau bersih walaupun gersang bersamamu
karena di dalam engkau mereka masih setia dalam sesaji..
_claracliricluru_
Selasa, 13 Juli 2010
Keindahan Mahkota Gede-Pangrango di Jawa Barat
Selasa, 6 Juli 2010
Perjuanganku dimulai dari hari Selasa 6 Juli 2010. Dimulai dari Terminal Bungurasih pada 18.00. Kenjengahan muncul disini, bus PO Ma**r mulai merambat menuju ibukota. Perjalanan 20 jam pun dimulai. Kebosanan yang teramat menyiksa, dan membuat ‘kapok’. Gak bakalan lagi deh naik bus jurusan Surabaya-Jakarta ataupun sebaliknya.
Rabu, 7 Juli 2010
Sampai di Terminal Pulo Gadung pukul 14.00 dengan rasa lelah dan kebosanan yang sudah memuncak. Akhirnya ketemu juga dengan Prisma (sepupu) yang menjemputku. Begitu sampai di Bekasi, mandi, bongkar packingan, checking, dan melengkapi ulang yang perlengkapan kurang. Waktu terasa cepat untuk persiapan ini.
Pukul 22.00, aku, Yogi dan Ferly janjian untuk ketemu di Kampung Rambutan untuk langsung berangkat ke Cibodas. Setelah kita ketemu naiklah kita bus menuju Puncak dengan ongkos per orang Rp 15.000. Mungkin dari kami bertiga sama-sama lelah dengan aktivitas masing-masing di hari itu, tak terasa kami telah melewati Cimacan. Dengan terpaksa akhirnya kami berjalan kaki kembali menuju pertigaan yang menuju Cibodas. Dibutuhkan waktu sekitar 20 menit berjalan kaki untuk kembali.
Kamis, 8 Juli 2010
Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Ferly menyempatkan untuk makan bubur di pertigaan itu. Karena angkutan yang ada disitu minim karena masih tengah malam, kami memutuskan untuk naik ojek. Tapi karena hanya 2 motor, jadinya aku dan ferly “cenglu” (bonceng telu) sama mang ojek itu dan Yogi yang membawa karier double bareng ma mang ojek satunya. FYI ojek Cimacan-Cibodas sekitar Rp 6000.
Sampai di tempat ‘mang Idi’ sekitar pukul 02.00 kami pesen teh anget dan si Yogi pun mulai kelaparan tampaknya dan ia memesan mie rebus. Setelah isi perut selesai dan tampaknya semua sudah mulai ngantuk, akhirnya kami tidur di pojokan di dalam warung Mang Idi. Pagi itu mulai banyak “penghuni baru” yang menempati warung Mang Idi.
Ketika aku terbangun, hari sudah terang benderang dan waktu telah menunjukkan pukul 07.00. Setelah beres-beres dan sarapan di tempat Mang Idi, kami memantapkan planning kami untuk pendakian ini sambil nunggu jam 08.00 (jam buka kantor TNGGP).
Pukul 08.00, kami berpamitan kepada Mang Idi dan mulai mengurus simaksi di kantor TNGGP. Prosedur yang ketat mulai dari salahpaham soal perpanjangan simaksi, menjawab kuis, hingga harus fotokopi sendiri data-data yang diperlukan membuat waktu kami terbuang lama di kantor TNGGP.
Kurang lebih pukul 10.20 kita baru keluar dari kantor TNGGP ini. Perjalanan dimulai menuju basecamp bawah, dan menyerahkan data barang bawaan yang nanti menjadi sampah ke petugas.
Pendakian dimulai tapat pukul 10.35 dari basecamp bawah. Sampai di Pos 1 pukul 10.50.
Dan Pos kedua adalah Telaga Biru tepat pukul 11.20. Disini ada sebuah telaga yang airnya berwarna hijau tosca karena ditumbuhi banyak alga. Pos ketiga di Panyangcangan (pertigaan antara jalur pendakian Gepang dan Air Terjun Cibereum) pada pukul 12.00. Disini hujan mulai mengguyur,dan kami beristirahat sejenak. Karena hujan tak mulai reda akhirnya kami memutuskan untuk merambat naik di tengah derasnya hujan yang turun. Sampailah kita di Air Panas, air yang merembes ke sepatu memang terasa hangat, dan bau belerang menyertai langkah kami. Sampai di Pos Pemandangan setelah Air Panas sekitar pukul 15.30. Kami memutuskan untuk makan siang dulu disini.
Perjalanan kami lanjutkan pukul 16.15. Sampai di Pos Kandang Batu pukul 16.23, karena tenaga baru saja terisi kami memutuskan untuk tidak istirahat tapi langsung melanjutkan perjalanan menuju Kandang Badak mengingat hari telah mulai sore.
Sampai di Pos Kandang Badak pukul 17.35. Planning yang tadinya ingin camp di Mandalawangi kami urungkan, karena hari telah sore dan pengalaman Ferly tentang trekking menuju Puncak Pangrango yang cukup berat dan curam. Akhirnya kami buka tenda disini. Setelah beres-beres, makan malam, dan ngobrol-ngobrol dengan pendaki lain, akhirnya kami tidur untuk meng-charge tenaga untuk pendakian Pangrango esok hari.
Jumat, 9 Juli 2010
Setelah kami bangun pagi, dan mulai sarapan kami membuat planning hari itu. Kami memutuskan untuk meninggalkan tenda dan hanya membawa 1 karier untuk logistic yang akan kami bawa ke Puncak Pangrango. Tenda, pelengkapan tidurm dan barang-barang yang sekiranya tidak perlu, kami tinggalkan di Kandang Badak.
Perjalanan kami mulai pukul 08.30 dari Kandang Badak. Rute trekking ini cukup membuat kami sempoyongan. Jalur Kandang Bdak- Puncak Pangrango lumayan curam dan jalan yang cukup sempit (jalur air) membuat badan kami tersangkut dengan ranting-ranting. Sampailah kami di Puncak Pangrango pukul 12.00.
Di Puncak Pangrango ada seperti tugu setinggi 150cm berwarna hijau dan semua gubuk kecil yang telah mulai rusak. Puncak Pangrango tidak seperti puncak gunung lain yang terbuka lebar. Puncak ini banyak ditumbuhi pohon-pohon dan kita kalau beruntung masih bisa memandang Puncak Gede di seberangnya. Gerimis mulai mengundang, kami percepat langkah kami untuk segera turun ke Lembah Mandalawangi.
Takjub dan terpukau. Itulah yang kurasakan saat Mandalawangi ada di depan mata. Lahan 5 hektar yang ditumbuhi edelweiss ‘bunga keabadian’. Luar biasa. It’s real. Salah satu ciptaan tangan Tuhan yang sungguh aku kagumi. Pantas saja Soe hok Gie menjadikan Mandalawangi tempat favoritnya.
Ketika ‘keabadian’ di Mandalawangi
Ketika kaki ini berjalan, bersama lelah menjuntai
Ketika tangan ini meraih akar untuk sebuah keseimbangan
Ketika badan ini membungkuk untuk menghindar
Ketika pundak ini terasa berat menahan beban
Ketika pikiran ini mulai terasa kosong dan hanya harapan yang tersisa
Dan ketika itu pula aku melihat keindahanmu, Mandalawangi
Takkan pernah lelah mata ini memandang
Air mata yang terurai bersama ketakjuban ukiran tangan Tuhan
Airmu membasahi muka dan raga
Edelweismu yang memanjakan retina mata
Dinginnya kabutmu menyelimuti
Tanahmu yang basah dan hangat
Anginmu yang menyentuh kulit
Semua yang ada padamu, Mandalawangi, aku mencintainya
Ingin ku memelukmu dan menciummu
Ingin ku bersamamu menikmati dan bersyukur tentang kehidupan ini
Ingin ku mengurai cinta dan keabadian hidup bersamamu
Ingin ku berjalan dalam ribaanmu yang agung
Mandalawangi, tunggu aku disana (lagi)…
Dengan sebuah asa dan cinta yang tersisa
_claracliricluru_
Di Mandalawangi kami makan siang bersama guyuran hujan yang cukup lebat. Perjalanan turun kami mulai pukul 13.40 bersama rintikan hujan yang berubah menjadi tumpahan hujan yang cukup membuat jalan licin dan membuat kami sering terpeleset. Sampailah kami di Kandang Badak pukul 15.30.
Setelah kami beristirahat sejenak, datanglah temen-teman dari OANCeh Bogor rombongan Kang Hadi dan Dimas tepat pukul 16.30, dan terakhir datang adalah Bang Nandar pukul 17.30. Setelah kami banyak berbincang dan berkenalan kami memulai malam kedua ini di Kandang Badak (lagi).
Sabtu, 10 Juli 2010
Ritual pagi dimulai. Mulai dari buang hajat, ngisi perut (lagi), bongkar tenda, dan packing untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya. Kami meninggalkan kandang tepat pukul 09.30. Perlahan tapi pasti kami mulai merangkak naik. Tibalah kami di ‘Tanjakan Rantai’ pada pukul 10.30.
Di Tanjakan inilah adrenalin mulai teruji. Dengan ketinggian sekitar ± 80m dan kemiringan ±70-80o dan tali yang mulai rapuh dan tidak meyakinkan kami harus merambat naik perlahan. Dan mulailah kita memasuki batas vegetasi yang berarti puncak sudah mulai dekat.
Tepat pukul 12.00 sampailah kita di Puncak Gede. Setelah berjalan, dan berfoto-foto ria selama 1.5 jam kami memutuskan untuk turun ke Surya Kencana. Medan bebatuan cukup membuat kaki kami kesakitan menahan turunan. Sampai di Surya Kencana tepat pukul 14.30. Disini kami memulai makan siang ditemani kabut yang mulai menebal yang hilang-muncul.
Surya Kencana penuh dengan dome-dome para pendaki lain. Surya Kencana lebih mirip camping ground, saya rasa. Karena itulah saya lebih memilih sepinya Mandalawangi.
Keluar dari Surya Kencana pukul 16.00. Perjalanan kami lanjutkan melewati rute Gunung Putri. Rute turun ini cukup menguras tenaga kami. Karena banyaknya akar pohon yang melintang kalau tidak hati-hati cukup membawa celaka. Dalam perjalanan ini 2x disini saya nyaris celaka terjatuh dari ketinggian 3 meter dengan batu-batu yang cukup lancip dibawah. Kami mempercepat langkah kami, karena gelap sudah mulai membayangi. Pos demi pos kami lewati, begitu sampai di Pos 1, medan menjadi tangga yang cukup curam dan membuat lelah.
Finally, sampailah kami di Pos GPO (Gede-Pangrango Operation) tepat pukul 20.30. Sampah yang kami bawa dan kami kumpulkan kami buang disini. Setelah mengurus simaksi di pintu keluar ini, kami turun dan mampir di warung penduduk. Disini kami ber-enam makan dan bercerita kesana-kemari.
Begitu selesai mulailah kami berjalan menuju jalan raya Cipanas. Kami berjalan di aspal turunan sekitar 4.5 km. Cukup jauh buat saya. Setelah sampai di jalan raya, kami menaiki angkot cipanas-puncak dengan sopir yang kelihatannya ngantuk berat. Terlihat dari cara nyopirnya yang sedikit ugal-ugalan.
Sampai di puncak kita menginap di emperan masjid At Ta’awun. Akhirnya satu persatu kami mulai terlelap disini. Perlahan-lahan adzan subuh membangunkan kami. Bergegaslah kami untuk segera membereskan tempat yang telah kami tiduri. Dan kami mulai mencari angkot untuk ke terminal Bogor. Dapatlah kami angkot dengan sopir yang mabok dan FYI di didalam angkot ini full–music RnB dan pop indo dengan suara yang cukup memekakkan telinga. Jelas saja kami jantungan dengan sopir yang gaya sopirnya seperti di ‘tokyo drift’ tapi tidak beraturan.
Setelah sampai di Terminal Bogor, aku dan Yogi berpisah dengan rombongan untuk mencari bus Bogor-Bekasi. Sedangkan Bang Nandar, Kang Hadi, Dimas, dan Ferly mencari angkot untuk pulang kerumah masing-masing..
--END—
• makasi buat Jesus udah nemeni dan berkati perjalanan double summit ini sepanjang waktu.
• Buat ibu dan mas gembong, makasi buat doanya dan financial yang udah diberikan.
• Buat bapak, makasi juga buat restunya bisa sampai puncak
• Teman seperjalanan Yogi, Ferly, Bang Nandar, Kang Hadi, dan Dimas yang udah mau dengerin cerewetku dan dengan sabar nungguin aku yang paling lelet..
• Buncit yang udah bantuin beliin tiket jkt-sby, walaupun harus merangkak ke HardRock.
• Dan semuaaaaaanya… tengkieeess all…
Perjuanganku dimulai dari hari Selasa 6 Juli 2010. Dimulai dari Terminal Bungurasih pada 18.00. Kenjengahan muncul disini, bus PO Ma**r mulai merambat menuju ibukota. Perjalanan 20 jam pun dimulai. Kebosanan yang teramat menyiksa, dan membuat ‘kapok’. Gak bakalan lagi deh naik bus jurusan Surabaya-Jakarta ataupun sebaliknya.
Rabu, 7 Juli 2010
Sampai di Terminal Pulo Gadung pukul 14.00 dengan rasa lelah dan kebosanan yang sudah memuncak. Akhirnya ketemu juga dengan Prisma (sepupu) yang menjemputku. Begitu sampai di Bekasi, mandi, bongkar packingan, checking, dan melengkapi ulang yang perlengkapan kurang. Waktu terasa cepat untuk persiapan ini.
Pukul 22.00, aku, Yogi dan Ferly janjian untuk ketemu di Kampung Rambutan untuk langsung berangkat ke Cibodas. Setelah kita ketemu naiklah kita bus menuju Puncak dengan ongkos per orang Rp 15.000. Mungkin dari kami bertiga sama-sama lelah dengan aktivitas masing-masing di hari itu, tak terasa kami telah melewati Cimacan. Dengan terpaksa akhirnya kami berjalan kaki kembali menuju pertigaan yang menuju Cibodas. Dibutuhkan waktu sekitar 20 menit berjalan kaki untuk kembali.
Kamis, 8 Juli 2010
Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Ferly menyempatkan untuk makan bubur di pertigaan itu. Karena angkutan yang ada disitu minim karena masih tengah malam, kami memutuskan untuk naik ojek. Tapi karena hanya 2 motor, jadinya aku dan ferly “cenglu” (bonceng telu) sama mang ojek itu dan Yogi yang membawa karier double bareng ma mang ojek satunya. FYI ojek Cimacan-Cibodas sekitar Rp 6000.
Sampai di tempat ‘mang Idi’ sekitar pukul 02.00 kami pesen teh anget dan si Yogi pun mulai kelaparan tampaknya dan ia memesan mie rebus. Setelah isi perut selesai dan tampaknya semua sudah mulai ngantuk, akhirnya kami tidur di pojokan di dalam warung Mang Idi. Pagi itu mulai banyak “penghuni baru” yang menempati warung Mang Idi.
Ketika aku terbangun, hari sudah terang benderang dan waktu telah menunjukkan pukul 07.00. Setelah beres-beres dan sarapan di tempat Mang Idi, kami memantapkan planning kami untuk pendakian ini sambil nunggu jam 08.00 (jam buka kantor TNGGP).
Pukul 08.00, kami berpamitan kepada Mang Idi dan mulai mengurus simaksi di kantor TNGGP. Prosedur yang ketat mulai dari salahpaham soal perpanjangan simaksi, menjawab kuis, hingga harus fotokopi sendiri data-data yang diperlukan membuat waktu kami terbuang lama di kantor TNGGP.
Kurang lebih pukul 10.20 kita baru keluar dari kantor TNGGP ini. Perjalanan dimulai menuju basecamp bawah, dan menyerahkan data barang bawaan yang nanti menjadi sampah ke petugas.
Pendakian dimulai tapat pukul 10.35 dari basecamp bawah. Sampai di Pos 1 pukul 10.50.
Dan Pos kedua adalah Telaga Biru tepat pukul 11.20. Disini ada sebuah telaga yang airnya berwarna hijau tosca karena ditumbuhi banyak alga. Pos ketiga di Panyangcangan (pertigaan antara jalur pendakian Gepang dan Air Terjun Cibereum) pada pukul 12.00. Disini hujan mulai mengguyur,dan kami beristirahat sejenak. Karena hujan tak mulai reda akhirnya kami memutuskan untuk merambat naik di tengah derasnya hujan yang turun. Sampailah kita di Air Panas, air yang merembes ke sepatu memang terasa hangat, dan bau belerang menyertai langkah kami. Sampai di Pos Pemandangan setelah Air Panas sekitar pukul 15.30. Kami memutuskan untuk makan siang dulu disini.
Perjalanan kami lanjutkan pukul 16.15. Sampai di Pos Kandang Batu pukul 16.23, karena tenaga baru saja terisi kami memutuskan untuk tidak istirahat tapi langsung melanjutkan perjalanan menuju Kandang Badak mengingat hari telah mulai sore.
Sampai di Pos Kandang Badak pukul 17.35. Planning yang tadinya ingin camp di Mandalawangi kami urungkan, karena hari telah sore dan pengalaman Ferly tentang trekking menuju Puncak Pangrango yang cukup berat dan curam. Akhirnya kami buka tenda disini. Setelah beres-beres, makan malam, dan ngobrol-ngobrol dengan pendaki lain, akhirnya kami tidur untuk meng-charge tenaga untuk pendakian Pangrango esok hari.
Jumat, 9 Juli 2010
Setelah kami bangun pagi, dan mulai sarapan kami membuat planning hari itu. Kami memutuskan untuk meninggalkan tenda dan hanya membawa 1 karier untuk logistic yang akan kami bawa ke Puncak Pangrango. Tenda, pelengkapan tidurm dan barang-barang yang sekiranya tidak perlu, kami tinggalkan di Kandang Badak.
Perjalanan kami mulai pukul 08.30 dari Kandang Badak. Rute trekking ini cukup membuat kami sempoyongan. Jalur Kandang Bdak- Puncak Pangrango lumayan curam dan jalan yang cukup sempit (jalur air) membuat badan kami tersangkut dengan ranting-ranting. Sampailah kami di Puncak Pangrango pukul 12.00.
Di Puncak Pangrango ada seperti tugu setinggi 150cm berwarna hijau dan semua gubuk kecil yang telah mulai rusak. Puncak Pangrango tidak seperti puncak gunung lain yang terbuka lebar. Puncak ini banyak ditumbuhi pohon-pohon dan kita kalau beruntung masih bisa memandang Puncak Gede di seberangnya. Gerimis mulai mengundang, kami percepat langkah kami untuk segera turun ke Lembah Mandalawangi.
Takjub dan terpukau. Itulah yang kurasakan saat Mandalawangi ada di depan mata. Lahan 5 hektar yang ditumbuhi edelweiss ‘bunga keabadian’. Luar biasa. It’s real. Salah satu ciptaan tangan Tuhan yang sungguh aku kagumi. Pantas saja Soe hok Gie menjadikan Mandalawangi tempat favoritnya.
Ketika ‘keabadian’ di Mandalawangi
Ketika kaki ini berjalan, bersama lelah menjuntai
Ketika tangan ini meraih akar untuk sebuah keseimbangan
Ketika badan ini membungkuk untuk menghindar
Ketika pundak ini terasa berat menahan beban
Ketika pikiran ini mulai terasa kosong dan hanya harapan yang tersisa
Dan ketika itu pula aku melihat keindahanmu, Mandalawangi
Takkan pernah lelah mata ini memandang
Air mata yang terurai bersama ketakjuban ukiran tangan Tuhan
Airmu membasahi muka dan raga
Edelweismu yang memanjakan retina mata
Dinginnya kabutmu menyelimuti
Tanahmu yang basah dan hangat
Anginmu yang menyentuh kulit
Semua yang ada padamu, Mandalawangi, aku mencintainya
Ingin ku memelukmu dan menciummu
Ingin ku bersamamu menikmati dan bersyukur tentang kehidupan ini
Ingin ku mengurai cinta dan keabadian hidup bersamamu
Ingin ku berjalan dalam ribaanmu yang agung
Mandalawangi, tunggu aku disana (lagi)…
Dengan sebuah asa dan cinta yang tersisa
_claracliricluru_
Di Mandalawangi kami makan siang bersama guyuran hujan yang cukup lebat. Perjalanan turun kami mulai pukul 13.40 bersama rintikan hujan yang berubah menjadi tumpahan hujan yang cukup membuat jalan licin dan membuat kami sering terpeleset. Sampailah kami di Kandang Badak pukul 15.30.
Setelah kami beristirahat sejenak, datanglah temen-teman dari OANCeh Bogor rombongan Kang Hadi dan Dimas tepat pukul 16.30, dan terakhir datang adalah Bang Nandar pukul 17.30. Setelah kami banyak berbincang dan berkenalan kami memulai malam kedua ini di Kandang Badak (lagi).
Sabtu, 10 Juli 2010
Ritual pagi dimulai. Mulai dari buang hajat, ngisi perut (lagi), bongkar tenda, dan packing untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya. Kami meninggalkan kandang tepat pukul 09.30. Perlahan tapi pasti kami mulai merangkak naik. Tibalah kami di ‘Tanjakan Rantai’ pada pukul 10.30.
Di Tanjakan inilah adrenalin mulai teruji. Dengan ketinggian sekitar ± 80m dan kemiringan ±70-80o dan tali yang mulai rapuh dan tidak meyakinkan kami harus merambat naik perlahan. Dan mulailah kita memasuki batas vegetasi yang berarti puncak sudah mulai dekat.
Tepat pukul 12.00 sampailah kita di Puncak Gede. Setelah berjalan, dan berfoto-foto ria selama 1.5 jam kami memutuskan untuk turun ke Surya Kencana. Medan bebatuan cukup membuat kaki kami kesakitan menahan turunan. Sampai di Surya Kencana tepat pukul 14.30. Disini kami memulai makan siang ditemani kabut yang mulai menebal yang hilang-muncul.
Surya Kencana penuh dengan dome-dome para pendaki lain. Surya Kencana lebih mirip camping ground, saya rasa. Karena itulah saya lebih memilih sepinya Mandalawangi.
Keluar dari Surya Kencana pukul 16.00. Perjalanan kami lanjutkan melewati rute Gunung Putri. Rute turun ini cukup menguras tenaga kami. Karena banyaknya akar pohon yang melintang kalau tidak hati-hati cukup membawa celaka. Dalam perjalanan ini 2x disini saya nyaris celaka terjatuh dari ketinggian 3 meter dengan batu-batu yang cukup lancip dibawah. Kami mempercepat langkah kami, karena gelap sudah mulai membayangi. Pos demi pos kami lewati, begitu sampai di Pos 1, medan menjadi tangga yang cukup curam dan membuat lelah.
Finally, sampailah kami di Pos GPO (Gede-Pangrango Operation) tepat pukul 20.30. Sampah yang kami bawa dan kami kumpulkan kami buang disini. Setelah mengurus simaksi di pintu keluar ini, kami turun dan mampir di warung penduduk. Disini kami ber-enam makan dan bercerita kesana-kemari.
Begitu selesai mulailah kami berjalan menuju jalan raya Cipanas. Kami berjalan di aspal turunan sekitar 4.5 km. Cukup jauh buat saya. Setelah sampai di jalan raya, kami menaiki angkot cipanas-puncak dengan sopir yang kelihatannya ngantuk berat. Terlihat dari cara nyopirnya yang sedikit ugal-ugalan.
Sampai di puncak kita menginap di emperan masjid At Ta’awun. Akhirnya satu persatu kami mulai terlelap disini. Perlahan-lahan adzan subuh membangunkan kami. Bergegaslah kami untuk segera membereskan tempat yang telah kami tiduri. Dan kami mulai mencari angkot untuk ke terminal Bogor. Dapatlah kami angkot dengan sopir yang mabok dan FYI di didalam angkot ini full–music RnB dan pop indo dengan suara yang cukup memekakkan telinga. Jelas saja kami jantungan dengan sopir yang gaya sopirnya seperti di ‘tokyo drift’ tapi tidak beraturan.
Setelah sampai di Terminal Bogor, aku dan Yogi berpisah dengan rombongan untuk mencari bus Bogor-Bekasi. Sedangkan Bang Nandar, Kang Hadi, Dimas, dan Ferly mencari angkot untuk pulang kerumah masing-masing..
--END—
• makasi buat Jesus udah nemeni dan berkati perjalanan double summit ini sepanjang waktu.
• Buat ibu dan mas gembong, makasi buat doanya dan financial yang udah diberikan.
• Buat bapak, makasi juga buat restunya bisa sampai puncak
• Teman seperjalanan Yogi, Ferly, Bang Nandar, Kang Hadi, dan Dimas yang udah mau dengerin cerewetku dan dengan sabar nungguin aku yang paling lelet..
• Buncit yang udah bantuin beliin tiket jkt-sby, walaupun harus merangkak ke HardRock.
• Dan semuaaaaaanya… tengkieeess all…
Minggu, 06 Juni 2010
Menghargai Hidup dan Kehidupan dengan Mendaki Gunung
Sedikit sekali orang yang bisa memahami keadaan seseorang atau keadaan sekitarnya, jika ia tidak terjun langsung atau mengalami apa yang dirasakan seseorang dalam kehidupannya.
Pencinta Alam atau biasa disebut PA, itulah yang pertama kali orang katakan saat melihat sekelompok orang – orang ini. Dengan ransel serat beban, topi rimba, baju lapangan, dan sepatu gunung yang dekil bercampur lumpur, membuat mereka kelihatan gagah. Hanya sebagian saja yang menatap mereka dengan mata berbinar menyiratkan kekaguman, sementara mayoritas lainnya lebih banyak menyumbangkan cibiran, bingung, malah bukan mustahil kata sinis yang keluar dari mulut mereka, sambil berkata dalam hatinya, “Ngapain cape – cape naik Gunung. Nyampe ke puncak, turun lagi…mana di sana dingin lagi, hi…!!!!!!!”
Tapi tengoklah ketika mereka memberanikan diri bersatu dengan alam dan dididik oleh alam. Mandiri, rasa percaya diri yang penuh, kuat dan mantap mengalir dalam jiwa mereka. Adrenaline yang normal seketika menjadi naik hanya untuk menjawab golongan mayoritas yang tak henti – hentinya mencibir mereka. Dan begitu segalanya terjadi, tak ada lagi yang bisa berkata bahwa mereka adalah pembual !!!!!
Peduli pada alam membuat siapapun akan lebih peduli pada saudaranya, tetangganya, bahkan musuhnya sendiri. Menghargai dan meyakini kebesaran Tuhan, menyayangi sesama dan percaya pada diri sendiri, itulah kunci yang dimiliki oleh orang – orang yang kerap disebut petualang ini. Mendaki gunung bukan berarti menaklukan alam, tapi lebih utama adalah menaklukan diri sendiri dari keegoisan pribadi. Mendaki gunung adalah kebersamaan, persaudaraan, dan saling ketergantungan antar sesama.
Dan menjadi salah satu dari mereka bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi pandangan masyarakat yang berpikiran negative terhadap dampak dari kegiatan ini. Apalagi mereka sudah menyinggung soal kematian yang memang tampaknya lebih dekat pada orang - orang yang terjun di alam bebas ini. “Mati muda yang sia – sia.” Begitu komentar mereka saat mendengar atau membaca anak muda yang tewas di gunung. Padahal soal hidup dan mati, di gunung hanyalah satu dari sekian alternative dari suratan takdir. Tidak di gunung pun, kalau mau mati ya matilah…!!! Kalau selamanya kita harus takut pada kematian, mungkin kita tidak akan mengenal Columbus penemu Benua Amerika.
Di gunung, di ketinggian kaki berpijak, di sanalah tempat yang paling damai dan abadi. Dekat dengan Tuhan dan keyakinan diri yang kuat. Saat kaki menginjak ketinggian, tanpa sadar kita hanya bisa berucap bahwa alam memang telah menjawab kebesaran Tuhan. Di sanalah pembuktian diri dari suatu pribadi yang egois dan manja, menjadi seorang yang mandiri dan percaya pada kemampuan diri sendiri. Rasa takut, cemas, gusar, gundah, dan homesick memang ada, tapi itu dihadapkan pada kokohnya sebuah gunung yang tak mengenal apa itu rasa yang menghinggapi seorang anak manusia. Gunung itu memang curam, tapi ia lembut. Gunung itu memang terjal, tapi ia ramah dengan membiarkan tubuhnya diinjak – injak. Ada banyak luka di tangan, ada kelelahan di kaki, ada rasa haus yang menggayut di kerongkongan, ada tanjakan yang seperti tak ada habis – habisnya. Namun semuanya itu menjadi tak sepadan dan tak ada artinya sama sekali saat kaki menginjak ketinggian. Puncak gunung menjadi puncak dari segala puncak. Puncak rasa cemas, puncak kelelahan, dan puncak rasa haus, tapi kemudian semua rasa itu lenyap bersama tirisnya angin pegunungan.
Lukisan kehidupan pagi Sang Maha Pencipta di puncak gunung tidak bisa diucapkan oleh kata – kata. Semuanya cuma tertoreh dalam jiwa, dalam hati. Usai menikmati sebuah perjuangan untuk mengalahkan diri sendiri sekaligus menumbuhkan percaya diri, rasanya sedikit mengangkat dagu masih sah – sah saja. Hanya jangan terus – terusan mengangkat dagu, karena walau bagaimanapun, gunung itu masih tetap kokoh di tempatnya. Tetap menjadi paku bumi, bersahaja, dan gagah. Sementara manusia akan kembali ke urat akar di mana dia hidup.
Ya, menghargai hidup adalah salah satu hasil yang diperoleh dalam mendaki gunung. Betapa hidup itu mahal. Betapa hidup itu ternyata terdiri dari berbagai pilihan, di mana kita harus mampu memilihnya meski dalam kondisi terdesak. Satu kali mendaki, satu kali pula kita menghargai hidup. Dua kali mendaki, dua kali kita mampu menghargai hidup. Tiga kali, empat kali, ratusan bahkan ribuan kali kita mendaki, maka sejumlah itu pula kita menghargai hidup.
Hanya seorang yang bergelut dengan alamlah yang mengerti dan paham, bagaimana rasanya mengendalikan diri dalam ketertekanan mental dan fisik, juga bagaimana alam berubah menjadi seorang bunda yang tidak henti – hentinya memberikan rasa kasih sayangnya.
Kalau golongan mayoritas masih terus saja berpendapat minor soal kegiatan mereka, maka biarkan sajalah. Karena siapapun orangnya yang berpendapat bahwa kegiatan ini hanya mengantarkan nyawa saja, bahwa kegiatan ini hanya sia – sia belaka, tidak ada yang menaifkan hal ini. Mereka cuma tak paham bahwa ada satu cara di mana mereka tidak bisa merasakan seperti yang dirasakan oleh para petualang ini, yaitu kemenangan saat kaki tiba pada ketinggian. Coba deh….!!!!!!!!
dikutip dari EAN Edisi 24 November – Desember 2002 dengan sedikit perubahan
Pencinta Alam atau biasa disebut PA, itulah yang pertama kali orang katakan saat melihat sekelompok orang – orang ini. Dengan ransel serat beban, topi rimba, baju lapangan, dan sepatu gunung yang dekil bercampur lumpur, membuat mereka kelihatan gagah. Hanya sebagian saja yang menatap mereka dengan mata berbinar menyiratkan kekaguman, sementara mayoritas lainnya lebih banyak menyumbangkan cibiran, bingung, malah bukan mustahil kata sinis yang keluar dari mulut mereka, sambil berkata dalam hatinya, “Ngapain cape – cape naik Gunung. Nyampe ke puncak, turun lagi…mana di sana dingin lagi, hi…!!!!!!!”
Tapi tengoklah ketika mereka memberanikan diri bersatu dengan alam dan dididik oleh alam. Mandiri, rasa percaya diri yang penuh, kuat dan mantap mengalir dalam jiwa mereka. Adrenaline yang normal seketika menjadi naik hanya untuk menjawab golongan mayoritas yang tak henti – hentinya mencibir mereka. Dan begitu segalanya terjadi, tak ada lagi yang bisa berkata bahwa mereka adalah pembual !!!!!
Peduli pada alam membuat siapapun akan lebih peduli pada saudaranya, tetangganya, bahkan musuhnya sendiri. Menghargai dan meyakini kebesaran Tuhan, menyayangi sesama dan percaya pada diri sendiri, itulah kunci yang dimiliki oleh orang – orang yang kerap disebut petualang ini. Mendaki gunung bukan berarti menaklukan alam, tapi lebih utama adalah menaklukan diri sendiri dari keegoisan pribadi. Mendaki gunung adalah kebersamaan, persaudaraan, dan saling ketergantungan antar sesama.
Dan menjadi salah satu dari mereka bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi pandangan masyarakat yang berpikiran negative terhadap dampak dari kegiatan ini. Apalagi mereka sudah menyinggung soal kematian yang memang tampaknya lebih dekat pada orang - orang yang terjun di alam bebas ini. “Mati muda yang sia – sia.” Begitu komentar mereka saat mendengar atau membaca anak muda yang tewas di gunung. Padahal soal hidup dan mati, di gunung hanyalah satu dari sekian alternative dari suratan takdir. Tidak di gunung pun, kalau mau mati ya matilah…!!! Kalau selamanya kita harus takut pada kematian, mungkin kita tidak akan mengenal Columbus penemu Benua Amerika.
Di gunung, di ketinggian kaki berpijak, di sanalah tempat yang paling damai dan abadi. Dekat dengan Tuhan dan keyakinan diri yang kuat. Saat kaki menginjak ketinggian, tanpa sadar kita hanya bisa berucap bahwa alam memang telah menjawab kebesaran Tuhan. Di sanalah pembuktian diri dari suatu pribadi yang egois dan manja, menjadi seorang yang mandiri dan percaya pada kemampuan diri sendiri. Rasa takut, cemas, gusar, gundah, dan homesick memang ada, tapi itu dihadapkan pada kokohnya sebuah gunung yang tak mengenal apa itu rasa yang menghinggapi seorang anak manusia. Gunung itu memang curam, tapi ia lembut. Gunung itu memang terjal, tapi ia ramah dengan membiarkan tubuhnya diinjak – injak. Ada banyak luka di tangan, ada kelelahan di kaki, ada rasa haus yang menggayut di kerongkongan, ada tanjakan yang seperti tak ada habis – habisnya. Namun semuanya itu menjadi tak sepadan dan tak ada artinya sama sekali saat kaki menginjak ketinggian. Puncak gunung menjadi puncak dari segala puncak. Puncak rasa cemas, puncak kelelahan, dan puncak rasa haus, tapi kemudian semua rasa itu lenyap bersama tirisnya angin pegunungan.
Lukisan kehidupan pagi Sang Maha Pencipta di puncak gunung tidak bisa diucapkan oleh kata – kata. Semuanya cuma tertoreh dalam jiwa, dalam hati. Usai menikmati sebuah perjuangan untuk mengalahkan diri sendiri sekaligus menumbuhkan percaya diri, rasanya sedikit mengangkat dagu masih sah – sah saja. Hanya jangan terus – terusan mengangkat dagu, karena walau bagaimanapun, gunung itu masih tetap kokoh di tempatnya. Tetap menjadi paku bumi, bersahaja, dan gagah. Sementara manusia akan kembali ke urat akar di mana dia hidup.
Ya, menghargai hidup adalah salah satu hasil yang diperoleh dalam mendaki gunung. Betapa hidup itu mahal. Betapa hidup itu ternyata terdiri dari berbagai pilihan, di mana kita harus mampu memilihnya meski dalam kondisi terdesak. Satu kali mendaki, satu kali pula kita menghargai hidup. Dua kali mendaki, dua kali kita mampu menghargai hidup. Tiga kali, empat kali, ratusan bahkan ribuan kali kita mendaki, maka sejumlah itu pula kita menghargai hidup.
Hanya seorang yang bergelut dengan alamlah yang mengerti dan paham, bagaimana rasanya mengendalikan diri dalam ketertekanan mental dan fisik, juga bagaimana alam berubah menjadi seorang bunda yang tidak henti – hentinya memberikan rasa kasih sayangnya.
Kalau golongan mayoritas masih terus saja berpendapat minor soal kegiatan mereka, maka biarkan sajalah. Karena siapapun orangnya yang berpendapat bahwa kegiatan ini hanya mengantarkan nyawa saja, bahwa kegiatan ini hanya sia – sia belaka, tidak ada yang menaifkan hal ini. Mereka cuma tak paham bahwa ada satu cara di mana mereka tidak bisa merasakan seperti yang dirasakan oleh para petualang ini, yaitu kemenangan saat kaki tiba pada ketinggian. Coba deh….!!!!!!!!
dikutip dari EAN Edisi 24 November – Desember 2002 dengan sedikit perubahan
Kamis, 03 Juni 2010
sebuah perjalanan hati menuju Sang Arjuna
Terkadang ide, niat, dan tekad yang bulat membuatnya menjadi kenyataan. Inilah yang saya alami. Tanpa ada dukungan personil dari organisasi saya, saya bertekad mencapai summit. Dengan tujuan awal double summit Arjuno Welirang. Walaupun ujungnya cuma satu summit yang dicapai, tapi banyak cerita yang saya alami.
Akhirnya ada salah satu teman yang dari Semarang yang teracuni untuk mau menemani saya untuk muncak. Semua dibicarakan di YM dan telpon. Pas hari H – 27 Mei 2010, kita bertemu di terminal Bungurasih. Perjalanan dimulai menuju Pandaan pada pukul 08.45 dari Surabaya. Tiba di Pandaan pukul 09.30. Lanjut untuk mencari angkot ke daerah Tretes turun di depan hotel Tanjung (Perijinan PHPS).
Dari awal feeling berasa aneh. Ternyata perijinan pendakian Arjuno-Welirang DITUTUP. Duaaarrrrrr!! Jauh-jauh kesini ditutup. Gimana gak frustasi coba!! Trus ketemu dengan 2 orang yang sepertinya mau mendaki juga. Namanya Mas Agung dan Om Budi. Setelah ngobrol sambil makan di warung dekat perijinan, saya baru tau kalo sebenarnya tidak masalah untuk muncak, tapi dengan catatan kalo ada apa-apa Perhutani tidak bertanggung jawab.
Diputuskan akhirnya saya dan Fajar (teman dari Semarang) ikut rombongan Om Budi dan Mas Agung. Perjalanan dimulai pukul 11.45 melewati jalanan Makadam (batuan yang tersusun rapi).
Tiba di Pet Bocor pukul 12.15. Perjalanan dilanjutkan menuju Shelter I Kop-kopan. Perjalanan cukup melelahkan. Sedikit bonus, Nanjak mulu.
Tiba disana pukul 17.30. Berhubung Fajar yang membawa double bag terlihat capek, kita putuskan nge-camp sambil nunggu Om Budi dan Mas Agung yang masih tertinggal di belakang.
Tenda terpasang, acara masak pun dimulai, dan akhirnya terdengar suara langkah kaki. Dalam hati berharap itu Om Budi dan Mas Agung. Yess, It’s True! Berhubung kita udah masak, kita tawarin deh tuh mie rebus ma kopi ke mereka. Jadi malam itu jadwalnya adalah TIDUR. Tengah malam mulai terdengar suara berisik ternyata banyak pendaki-pendaki yang nge-camp juga.
Jumat 28 Mei 2010
Sunrise di Kop-kopan. Begitu buka tenda “baaaaaa” banyak juga yang nge-camp. Mungkin sekitar 30 orang disitu. Rombongan Om Budi pun bertambah. Yang semula cuma Om Budi dan Mas Agung, bertambah 8 orang menjadi 10 orang. Dan beruntunglah diriku, ada salah satu yang berjenis kelamin wanita diantara mereka. Setidaknya saya ada temennya gituu.. hehehee..
Setelah masak, bongkar tenda, packing, dan beres-beres, ritual doa, dll berangkatlah kita naik menuju Pondokan pada pukul 08.30. Jalur yang terjal dan senda gurau yang tidak jelas membuat perjalanan menjadi cukup lambat karena kami banyak berhenti untuk istirahat dan makan siang pukul 13.15. Di perjalanan bertemulah dengan gubug pengangkut belerang. Biasa disebut Kop-kopan Baru. Baru istiraat sebentar, rintik-rintik hujan mulai membasahi dan akhirnya breesss.. Hujan deras datang. Berteduhlah kami di “gubug derita” itu sambil menunggu 2 orang yang menjadi sapu ranjau (sweeping) yaitu Om Budi dan Yudi. Hujan cukup lama, berinisiatiflah kami membakar tempura yang dibawa rombongan Om Budi diatas api unggun yang kita bikin di dalam gubug itu. Memang dalam keadaan apapun di gunung bagi saya apapun makanannya tetap enak untuk ditelan. *dasar rakus!!!!
Waktu sudah menunjukkan 14.50, hujan sudah berhenti dan akhirnya perjalanan dilanjutkan menuju Pondokan. Perlahan tapi pasti, sampailah kita di Pondokan pukul 15.20.
Sebenarnya ada rencana untuk nge-camp di Lembah Kijang, tapi berhubung anak-anak udah pada buka tenda dan mulai masak, jadilah kita nge-camp di Pondokan. Malam itu saya merasa menemukan keluarga baru. Rasanya saya ada di dalam mereka walaupun baru kenal beberapa jam lamanya. Setelah makan malam, yang menurut saya seperti “dog food” dan saya tetap enjoy untuk memakannya. Kami bercengkrama. Ya istilahnya bertukar pikiran gitu lah. Benar-benar keluarga yang baru dan seru buat saya.
Cuaca malam itu sungguh luar biasa. Tepat pas bulan purnama. Sungguh pemandangan yang saya jarang jumpai di setiap pendakian saya. Malam itu saya berempat dengan Om Budi, Bang Joni, dan si Batu tidur di luar. Entah karena kedinginan atau ketakutan gara-gara “mumun” (sebutan setan) Bang Joni dan Om Budi pindah masuk ke dalam tenda. Tinggallah saya dan si Batu tidur di luar berselimutkan SB, tenda, dan semacam flysheet.
Sabtu, 29 Mei 2010
Pagi datang, breakfast dimulai, buang hajat dilaksanakan, packing dilakukan. Berangkat dari Pondokan menuju Lembah Kijang pukul 08.45. Selama di perjalanan, canda dan tawa masih menghampiri kita. Tiba di Lembah Kijang pukul 09.25, foto-foto sebentar dan melanjutkan perjalanan menuju Puncak Sang Arjuno.
Jalur yang hampir 90% nge-trek puoll membuat canda dan tawa perlahan-lahan pergi. Hampir-hampir kami keseringan istirahat. Bahkan ada salah satu teman cewek kami mengalami maag. Jadi sering sekali kami berhenti untuk rehat. Tibalah kami di Puncak Bayangan / Semu / apapun itu namanya pokoknya tanah datar dekat tempat memoriam para pendaki yang telah tiada.
Bikinlah kami tenda disitu, melihat kepayahan dari tim kami dan sudah ada beberapa dari kami yang memasak. Waaah.. cocok bener daah, udara dingin, makan yang anget-anget. Mantap pisan cuuy!! Seingat saya setelah makan malam, kami tidak mengadakan ritual apapun melihat suhu yang begitu rendah disini. Dan kami langsung masuk ke tenda dan tiduur. Tapi ada beberapa dari kami seperti Om Budi, Mas Agung, Bang Joni, Yudi, Om Gendon, sama Yosef masih bernyanyi2 di tengah suasana malam yang cukup mencekam karena banyaknya petir dan kilat yang ada.
MInggu, 30 Mei 2010
Akhirnya hujan datanglaah pada dini hari sekitar pukul 3, salah satu dome mengalami kebocoran, dan berujung ngunsi di dome satunya. Dome yang biasa buat 5 orang diisi 12 orang. Hadeeh, uanggeet empet-empetan dengan posisi duduk...
Yudi yang bertugas masak pagi itu, membikin sarapan untuk isi perut sebelum muncak..Tepat jam 5 dari tempat kami ngecamp, berangkatlah kami untuk muncak. Kabut tebal mengiringi kami. Perlahan tapi pasti kami mulai berjalan, sekitar setengah jam, sampailah kita si tempat yang ditunggu
Akhirnyaaaaaaaa
Puncak oh Puncak dari Arjuno ....
Aku bisa mencapaimu juga bersama keluarga baru, bersama harapan baru... Legaaa rasanya.... Aku ada diatas awan, dan aku bisa melihat awan ad di bawahku..
yaaah, 3339 mdpl sungguh luar biasa... Dari sini pun aku bisa melihat Penanggungan dan kecil, gagahnya Semeru dan saudara kembarmu Sang Welirang..
Setelah kami rasa sesi foto2 selesai..Kami mulai menuruni puncak, kembali ke camp yang masih ditunggui oleh Om Budi..Yess, udah nyampai puncak, saatnya sarapan... Pagi itu kita makan, mie instant telor campur kornet dan susu coklat dicampur kopi (spesial masakan Om Budi neeh).. Mantaap pisan... Next activity-> PACKING...
Yaaa, packing selesai, langsung tancap gas buat turun tepat pukul 08.30, mengingat persediaan air udah mulai tipis, jadi kita sebisa mungkin menghemat air sampai lembah kidang (mata air terdekat)..
Begitu sampai di Lembah Kijang, perut sudah mulai keroncongan yang tidak karuan.. acara masak memasak dimulai..Nasi plus mie goreng instant bersama kopi menemani “lunch” hari terakhir di kawasan pendakian Arjuno. Rasanya “this my perfect life”.
Perjalanan dilanjutkan. Salah satu rombongan yang bernama Arif udah ngacir duluan, jadi tinggallah kita ber-sebelas menuruni lereng Arjuno. Perlahan tapi pasti perjalanan dilanjutkan, mulai dari Lembah Kijang, lanjut Pondokan, lanjut lagi Kop-kopan Baru. Disini istirahat lama dimulai.
Tapi saya, anita dan si Batu turun duluan dan janji menunggu di Kop-kopan tempat pertama kita ngecamp. Perjalanan sekitar selisih 1,5 jam dengan rombongan Om Budi yang ada di belakang.
Di kop-kopan, qta makan seadanya, untuk men-charge tenaga yang mulai payah.. gerimis mengundang pun ikut-ikutan datang. Sekitar pukul 9 malam, secara beriringan kita mulai menuruni lereng bawah Arjuno. Perjalanan yang disertai hujan dan mendung yang menggelayut, membuat jalanan begitu licin, dan seringkali kami (rombongan) terpeleset. Om Budi dan Bang Joni menjadi leader kali ini, dan Yosef bersama Yudi menjadi sweeper.
Di tengah jalan, karier yang saya bawa mulai, terasa berat. Bang Joni pun turun tangan, dengan membawa karier saya. Kali ini saya sangat berterima kasih atas bantuan Bang Joni yang membawakan karier sampai di PHPS. Sungguh, saya salut dengan tenaga “gatotkoco” yang dimiliki Bang Joni.
Senin, 31 Mei 2010
Sampai dii PHPS sekitar pukul 00.30 tengah malam. istirahat dan sekedar ngobrol. ritual setelah mendaki gunung buat saya adalah -mandi besar- pun saya lakukan di tengah malam itu. Maklum 4 hari lebih saya tidak mandi, badan terasa segar begitu tersentuh oleh air yang begitu dingin.
Begitu semua udah selesai, rombongan sudah ditunggu oleh L300 yang sudah dicarter untuk mengantarkan ke Pandaan. Rasanya perjalanan sangat cepat, seperti tidur hanya 5 menit, dan terbangun sudah di Pandaan.
Rencana awal menunggu bus Malang-Surabaya, tapi berhubung ada angkutan Lawang-Bungur (kayak travel) yang lewat, akhirnya kita tanpa pikir panjang ikut angkutan itu. Dengan posisi duduk bersama kelelahan yang luar biasa tertidurlah kami semua kecuali Om Budi yang ada di samping sopir.
Begitu sampai di bungur, saya dan Fajar turun duluan, karena dari awla perjalanan kita dari sini. dan rombongan diantar menuju Bratang (basecamp Om Budi).
Demikian sekilas perjalanan sebuah keluarga baru bagi saya,,
Sampai Jumpa di Pendakian Gede Pangarango...
Tetaplah mencintai alam sekarang, esok, dan lusa....
salam Lestari dari saya :kiss
Akhirnya ada salah satu teman yang dari Semarang yang teracuni untuk mau menemani saya untuk muncak. Semua dibicarakan di YM dan telpon. Pas hari H – 27 Mei 2010, kita bertemu di terminal Bungurasih. Perjalanan dimulai menuju Pandaan pada pukul 08.45 dari Surabaya. Tiba di Pandaan pukul 09.30. Lanjut untuk mencari angkot ke daerah Tretes turun di depan hotel Tanjung (Perijinan PHPS).
Dari awal feeling berasa aneh. Ternyata perijinan pendakian Arjuno-Welirang DITUTUP. Duaaarrrrrr!! Jauh-jauh kesini ditutup. Gimana gak frustasi coba!! Trus ketemu dengan 2 orang yang sepertinya mau mendaki juga. Namanya Mas Agung dan Om Budi. Setelah ngobrol sambil makan di warung dekat perijinan, saya baru tau kalo sebenarnya tidak masalah untuk muncak, tapi dengan catatan kalo ada apa-apa Perhutani tidak bertanggung jawab.
Diputuskan akhirnya saya dan Fajar (teman dari Semarang) ikut rombongan Om Budi dan Mas Agung. Perjalanan dimulai pukul 11.45 melewati jalanan Makadam (batuan yang tersusun rapi).
Tiba di Pet Bocor pukul 12.15. Perjalanan dilanjutkan menuju Shelter I Kop-kopan. Perjalanan cukup melelahkan. Sedikit bonus, Nanjak mulu.
Tiba disana pukul 17.30. Berhubung Fajar yang membawa double bag terlihat capek, kita putuskan nge-camp sambil nunggu Om Budi dan Mas Agung yang masih tertinggal di belakang.
Tenda terpasang, acara masak pun dimulai, dan akhirnya terdengar suara langkah kaki. Dalam hati berharap itu Om Budi dan Mas Agung. Yess, It’s True! Berhubung kita udah masak, kita tawarin deh tuh mie rebus ma kopi ke mereka. Jadi malam itu jadwalnya adalah TIDUR. Tengah malam mulai terdengar suara berisik ternyata banyak pendaki-pendaki yang nge-camp juga.
Jumat 28 Mei 2010
Sunrise di Kop-kopan. Begitu buka tenda “baaaaaa” banyak juga yang nge-camp. Mungkin sekitar 30 orang disitu. Rombongan Om Budi pun bertambah. Yang semula cuma Om Budi dan Mas Agung, bertambah 8 orang menjadi 10 orang. Dan beruntunglah diriku, ada salah satu yang berjenis kelamin wanita diantara mereka. Setidaknya saya ada temennya gituu.. hehehee..
Setelah masak, bongkar tenda, packing, dan beres-beres, ritual doa, dll berangkatlah kita naik menuju Pondokan pada pukul 08.30. Jalur yang terjal dan senda gurau yang tidak jelas membuat perjalanan menjadi cukup lambat karena kami banyak berhenti untuk istirahat dan makan siang pukul 13.15. Di perjalanan bertemulah dengan gubug pengangkut belerang. Biasa disebut Kop-kopan Baru. Baru istiraat sebentar, rintik-rintik hujan mulai membasahi dan akhirnya breesss.. Hujan deras datang. Berteduhlah kami di “gubug derita” itu sambil menunggu 2 orang yang menjadi sapu ranjau (sweeping) yaitu Om Budi dan Yudi. Hujan cukup lama, berinisiatiflah kami membakar tempura yang dibawa rombongan Om Budi diatas api unggun yang kita bikin di dalam gubug itu. Memang dalam keadaan apapun di gunung bagi saya apapun makanannya tetap enak untuk ditelan. *dasar rakus!!!!
Waktu sudah menunjukkan 14.50, hujan sudah berhenti dan akhirnya perjalanan dilanjutkan menuju Pondokan. Perlahan tapi pasti, sampailah kita di Pondokan pukul 15.20.
Sebenarnya ada rencana untuk nge-camp di Lembah Kijang, tapi berhubung anak-anak udah pada buka tenda dan mulai masak, jadilah kita nge-camp di Pondokan. Malam itu saya merasa menemukan keluarga baru. Rasanya saya ada di dalam mereka walaupun baru kenal beberapa jam lamanya. Setelah makan malam, yang menurut saya seperti “dog food” dan saya tetap enjoy untuk memakannya. Kami bercengkrama. Ya istilahnya bertukar pikiran gitu lah. Benar-benar keluarga yang baru dan seru buat saya.
Cuaca malam itu sungguh luar biasa. Tepat pas bulan purnama. Sungguh pemandangan yang saya jarang jumpai di setiap pendakian saya. Malam itu saya berempat dengan Om Budi, Bang Joni, dan si Batu tidur di luar. Entah karena kedinginan atau ketakutan gara-gara “mumun” (sebutan setan) Bang Joni dan Om Budi pindah masuk ke dalam tenda. Tinggallah saya dan si Batu tidur di luar berselimutkan SB, tenda, dan semacam flysheet.
Sabtu, 29 Mei 2010
Pagi datang, breakfast dimulai, buang hajat dilaksanakan, packing dilakukan. Berangkat dari Pondokan menuju Lembah Kijang pukul 08.45. Selama di perjalanan, canda dan tawa masih menghampiri kita. Tiba di Lembah Kijang pukul 09.25, foto-foto sebentar dan melanjutkan perjalanan menuju Puncak Sang Arjuno.
Jalur yang hampir 90% nge-trek puoll membuat canda dan tawa perlahan-lahan pergi. Hampir-hampir kami keseringan istirahat. Bahkan ada salah satu teman cewek kami mengalami maag. Jadi sering sekali kami berhenti untuk rehat. Tibalah kami di Puncak Bayangan / Semu / apapun itu namanya pokoknya tanah datar dekat tempat memoriam para pendaki yang telah tiada.
Bikinlah kami tenda disitu, melihat kepayahan dari tim kami dan sudah ada beberapa dari kami yang memasak. Waaah.. cocok bener daah, udara dingin, makan yang anget-anget. Mantap pisan cuuy!! Seingat saya setelah makan malam, kami tidak mengadakan ritual apapun melihat suhu yang begitu rendah disini. Dan kami langsung masuk ke tenda dan tiduur. Tapi ada beberapa dari kami seperti Om Budi, Mas Agung, Bang Joni, Yudi, Om Gendon, sama Yosef masih bernyanyi2 di tengah suasana malam yang cukup mencekam karena banyaknya petir dan kilat yang ada.
MInggu, 30 Mei 2010
Akhirnya hujan datanglaah pada dini hari sekitar pukul 3, salah satu dome mengalami kebocoran, dan berujung ngunsi di dome satunya. Dome yang biasa buat 5 orang diisi 12 orang. Hadeeh, uanggeet empet-empetan dengan posisi duduk...
Yudi yang bertugas masak pagi itu, membikin sarapan untuk isi perut sebelum muncak..Tepat jam 5 dari tempat kami ngecamp, berangkatlah kami untuk muncak. Kabut tebal mengiringi kami. Perlahan tapi pasti kami mulai berjalan, sekitar setengah jam, sampailah kita si tempat yang ditunggu
Akhirnyaaaaaaaa
Puncak oh Puncak dari Arjuno ....
Aku bisa mencapaimu juga bersama keluarga baru, bersama harapan baru... Legaaa rasanya.... Aku ada diatas awan, dan aku bisa melihat awan ad di bawahku..
yaaah, 3339 mdpl sungguh luar biasa... Dari sini pun aku bisa melihat Penanggungan dan kecil, gagahnya Semeru dan saudara kembarmu Sang Welirang..
Setelah kami rasa sesi foto2 selesai..Kami mulai menuruni puncak, kembali ke camp yang masih ditunggui oleh Om Budi..Yess, udah nyampai puncak, saatnya sarapan... Pagi itu kita makan, mie instant telor campur kornet dan susu coklat dicampur kopi (spesial masakan Om Budi neeh).. Mantaap pisan... Next activity-> PACKING...
Yaaa, packing selesai, langsung tancap gas buat turun tepat pukul 08.30, mengingat persediaan air udah mulai tipis, jadi kita sebisa mungkin menghemat air sampai lembah kidang (mata air terdekat)..
Begitu sampai di Lembah Kijang, perut sudah mulai keroncongan yang tidak karuan.. acara masak memasak dimulai..Nasi plus mie goreng instant bersama kopi menemani “lunch” hari terakhir di kawasan pendakian Arjuno. Rasanya “this my perfect life”.
Perjalanan dilanjutkan. Salah satu rombongan yang bernama Arif udah ngacir duluan, jadi tinggallah kita ber-sebelas menuruni lereng Arjuno. Perlahan tapi pasti perjalanan dilanjutkan, mulai dari Lembah Kijang, lanjut Pondokan, lanjut lagi Kop-kopan Baru. Disini istirahat lama dimulai.
Tapi saya, anita dan si Batu turun duluan dan janji menunggu di Kop-kopan tempat pertama kita ngecamp. Perjalanan sekitar selisih 1,5 jam dengan rombongan Om Budi yang ada di belakang.
Di kop-kopan, qta makan seadanya, untuk men-charge tenaga yang mulai payah.. gerimis mengundang pun ikut-ikutan datang. Sekitar pukul 9 malam, secara beriringan kita mulai menuruni lereng bawah Arjuno. Perjalanan yang disertai hujan dan mendung yang menggelayut, membuat jalanan begitu licin, dan seringkali kami (rombongan) terpeleset. Om Budi dan Bang Joni menjadi leader kali ini, dan Yosef bersama Yudi menjadi sweeper.
Di tengah jalan, karier yang saya bawa mulai, terasa berat. Bang Joni pun turun tangan, dengan membawa karier saya. Kali ini saya sangat berterima kasih atas bantuan Bang Joni yang membawakan karier sampai di PHPS. Sungguh, saya salut dengan tenaga “gatotkoco” yang dimiliki Bang Joni.
Senin, 31 Mei 2010
Sampai dii PHPS sekitar pukul 00.30 tengah malam. istirahat dan sekedar ngobrol. ritual setelah mendaki gunung buat saya adalah -mandi besar- pun saya lakukan di tengah malam itu. Maklum 4 hari lebih saya tidak mandi, badan terasa segar begitu tersentuh oleh air yang begitu dingin.
Begitu semua udah selesai, rombongan sudah ditunggu oleh L300 yang sudah dicarter untuk mengantarkan ke Pandaan. Rasanya perjalanan sangat cepat, seperti tidur hanya 5 menit, dan terbangun sudah di Pandaan.
Rencana awal menunggu bus Malang-Surabaya, tapi berhubung ada angkutan Lawang-Bungur (kayak travel) yang lewat, akhirnya kita tanpa pikir panjang ikut angkutan itu. Dengan posisi duduk bersama kelelahan yang luar biasa tertidurlah kami semua kecuali Om Budi yang ada di samping sopir.
Begitu sampai di bungur, saya dan Fajar turun duluan, karena dari awla perjalanan kita dari sini. dan rombongan diantar menuju Bratang (basecamp Om Budi).
Demikian sekilas perjalanan sebuah keluarga baru bagi saya,,
Sampai Jumpa di Pendakian Gede Pangarango...
Tetaplah mencintai alam sekarang, esok, dan lusa....
salam Lestari dari saya :kiss
Senin, 26 April 2010
Puisi Soe Hok-Gie : MANDALAWANGI - PANGRANGO
Senja ini, ketika matahari turun kedalam jurang2mu
aku datang kembali
kedalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu
walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku
aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
hutanmu adalah misteri segala
cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta
malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi
Kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua
"hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya
tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar
terimalah dan hadapilah"
dan antara ransel2 kosong dan api unggun yang membara
aku terima ini semua
melampaui batas2 hutanmu, melampaui batas2 jurangmu
aku cinta padamu Pangrango
karena aku cinta pada keberanian hidup
Jakarta 19-7-1966
SOE HOK-GIE
aku datang kembali
kedalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu
walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku
aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
hutanmu adalah misteri segala
cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta
malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi
Kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua
"hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya
tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar
terimalah dan hadapilah"
dan antara ransel2 kosong dan api unggun yang membara
aku terima ini semua
melampaui batas2 hutanmu, melampaui batas2 jurangmu
aku cinta padamu Pangrango
karena aku cinta pada keberanian hidup
Jakarta 19-7-1966
SOE HOK-GIE
Sabtu, 03 April 2010
wisata jawa timur 1
sory gak bisa ngurutin, repoot euyy...tapi bakalan terupdate terus koq...
1. kawah ijen
Kawah Ijen adalah sebuah danau kawah yang bersifat asam yang berada di puncak Gunung Ijen, Jawa Timur, memiliki tinggi 2368 meter di atas permukaan laut dengan kedalaman danau 200 meter dan luas kawah mencapai 5466 Hektar. Kawah Ijen berada dalam wilayah Cagar Alam Taman Wisata Ijen, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur.(http://id.wikipedia.org/wiki/Kawah_Ijen)..
Kemarin seh lewat bondowoso.. terus lewat perkebunan..kalo seinget aku seh, kita harus lapor 4 pos penjagaan.. harus lapor, bayar bolak-balik..huuuh, merepotkan...dan jalan dari dsa jurangsapi mpe pos pendakian amat sangat kasar alias banyak 'sumur' ato berlubang yang guede2 gitu..
Pendakian paling enak dilakukan dumulai jam 3 pagi...jam 5 udah nyampe puncak (bpk2 penambang cm butuh 1 jam)..udara nya dingin banget...denger2 nyampe 2 drajat celcius..pokoknya gak gerak dikit langsung 'frozen bite'..
Di puncak, gak ada lain selain 'syukur', kontur alam yang bagus dan bpk2 penambang yang ramah serasa life is perfect...
2. patai bale kambang
Pantai Bale Kambang terletak di Desa Srigonco, Kecamatan Bantur, Malang Selatan. Perjalanan sejauh 65 km dari kota Malang bisa ditempuh selama 3 jam dengan kendaraan pribadi. Pantai ini terbentang 2 KM meliputi pantai landai bertabur karang di sebelah timur dan dihiasi 3 pulau masing2 Pulau Ismoyo dengan Pura Luhur Amertha Jati di atasnya, Pulau Wisanggeni, dan Pulau Anoman di sebelah barat.
Fasilitas yang ada: arena camping, warung, penginapan, kios cenderamata, mushola dan pendopo tempat beristirahat. Bagi anda yang ingin sekedar refreshing, dengan hanya Rp. 7.000,00 / orang anda bisa menikmati indahnya pasir putih pantai Bale Kambang. Hati2 kalo berenang karena ombaknya ganas ketika air pasang datang.
1. kawah ijen
Kawah Ijen adalah sebuah danau kawah yang bersifat asam yang berada di puncak Gunung Ijen, Jawa Timur, memiliki tinggi 2368 meter di atas permukaan laut dengan kedalaman danau 200 meter dan luas kawah mencapai 5466 Hektar. Kawah Ijen berada dalam wilayah Cagar Alam Taman Wisata Ijen, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur.(http://id.wikipedia.org/wiki/Kawah_Ijen)..
Kemarin seh lewat bondowoso.. terus lewat perkebunan..kalo seinget aku seh, kita harus lapor 4 pos penjagaan.. harus lapor, bayar bolak-balik..huuuh, merepotkan...dan jalan dari dsa jurangsapi mpe pos pendakian amat sangat kasar alias banyak 'sumur' ato berlubang yang guede2 gitu..
Pendakian paling enak dilakukan dumulai jam 3 pagi...jam 5 udah nyampe puncak (bpk2 penambang cm butuh 1 jam)..udara nya dingin banget...denger2 nyampe 2 drajat celcius..pokoknya gak gerak dikit langsung 'frozen bite'..
Di puncak, gak ada lain selain 'syukur', kontur alam yang bagus dan bpk2 penambang yang ramah serasa life is perfect...
2. patai bale kambang
Pantai Bale Kambang terletak di Desa Srigonco, Kecamatan Bantur, Malang Selatan. Perjalanan sejauh 65 km dari kota Malang bisa ditempuh selama 3 jam dengan kendaraan pribadi. Pantai ini terbentang 2 KM meliputi pantai landai bertabur karang di sebelah timur dan dihiasi 3 pulau masing2 Pulau Ismoyo dengan Pura Luhur Amertha Jati di atasnya, Pulau Wisanggeni, dan Pulau Anoman di sebelah barat.
Fasilitas yang ada: arena camping, warung, penginapan, kios cenderamata, mushola dan pendopo tempat beristirahat. Bagi anda yang ingin sekedar refreshing, dengan hanya Rp. 7.000,00 / orang anda bisa menikmati indahnya pasir putih pantai Bale Kambang. Hati2 kalo berenang karena ombaknya ganas ketika air pasang datang.
Kamis, 18 Maret 2010
pergi dan menghilang
terkadang saya kangen pada bapak saya..
seperti sekarang
merindukannya teramat dalam..
terkadang saya lelah berjalan..
dan saya merasa asing di keluarga saya sendiri..
sepertinya saya berjalan dengan harapan dan impian yang kosong..
hampa..
blank..
sudahlah, saya tidak mau peduli lagi..
karena saya sudah lelah..
dan saya ingin beristirahat sebentar...
seperti sekarang
merindukannya teramat dalam..
terkadang saya lelah berjalan..
dan saya merasa asing di keluarga saya sendiri..
sepertinya saya berjalan dengan harapan dan impian yang kosong..
hampa..
blank..
sudahlah, saya tidak mau peduli lagi..
karena saya sudah lelah..
dan saya ingin beristirahat sebentar...
l.e.l.a.h
Nafas ini berat, lelah sudah..
Kepala ini terasa ingin pecah, lelah sudah..
Dilema sudah hidup ini..
Aku memang punya hidup indah..
AKu akui itu
Tapi gak sesempurna yang kalian bayangkan..
Aku punya teman-teman yang luar biasa
Hidup yang menarik
Tapi tidak dengan keluarga
Mereka asing
Atau aku yang merasa terasing??
Entahlaah..
Tapi saat ini hanya asa yang telah putus
dengan harapan kosong..
mereka mampu membeli investasi
tapi tidak dengan permintaanku
Puluhan alasan tentang hutang sudah sering terdengar
bosan sudah aku mendengar
kalau memang memang memperkaya diri dengan investasi itu..
silahkaan...
kalau aku boleh memilih,
aku ingin dilahirkan di kolong jembatan, dan tidak mengenal lifestyle seperti ini
Tapi Tuhan masih terlalu baik untukku..
Entahlaah,
aku lelah sudaah..
dan aku sudah tak mau peduli lagi..
Kepala ini terasa ingin pecah, lelah sudah..
Dilema sudah hidup ini..
Aku memang punya hidup indah..
AKu akui itu
Tapi gak sesempurna yang kalian bayangkan..
Aku punya teman-teman yang luar biasa
Hidup yang menarik
Tapi tidak dengan keluarga
Mereka asing
Atau aku yang merasa terasing??
Entahlaah..
Tapi saat ini hanya asa yang telah putus
dengan harapan kosong..
mereka mampu membeli investasi
tapi tidak dengan permintaanku
Puluhan alasan tentang hutang sudah sering terdengar
bosan sudah aku mendengar
kalau memang memang memperkaya diri dengan investasi itu..
silahkaan...
kalau aku boleh memilih,
aku ingin dilahirkan di kolong jembatan, dan tidak mengenal lifestyle seperti ini
Tapi Tuhan masih terlalu baik untukku..
Entahlaah,
aku lelah sudaah..
dan aku sudah tak mau peduli lagi..
Rabu, 17 Maret 2010
malam ini..
entah kenapa malam ini...
impian begitu membara
semua terasa dekat
terasa nyata
sedekat aku dan kamu
entah kenapa malam ini...
semua terasa indah
mereka menyapaku sedekat dulu
dan memory masa kecil terbayang
entah kenapa malam ini
aku masih terbangun
aku masih ingin melewati malam-malam selanjutnya
tetapi seperti ini yang terakhir
dan aku berharap masih ada esok menyapaku dengan sinar mentari
entah kenapa malm ini
terasa melankolis bagiku
terasa asing tetapi hangat
terasa ramah
entah kenapa???
impian begitu membara
semua terasa dekat
terasa nyata
sedekat aku dan kamu
entah kenapa malam ini...
semua terasa indah
mereka menyapaku sedekat dulu
dan memory masa kecil terbayang
entah kenapa malam ini
aku masih terbangun
aku masih ingin melewati malam-malam selanjutnya
tetapi seperti ini yang terakhir
dan aku berharap masih ada esok menyapaku dengan sinar mentari
entah kenapa malm ini
terasa melankolis bagiku
terasa asing tetapi hangat
terasa ramah
entah kenapa???
Kamis, 11 Maret 2010
Cerita Sampul (Soe Hok Gie - Catatan Seorang Demonstran)
Soe Hok Gie dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942. Dia adalah seorang aktivis yang sangat aktif pada waktunya. Seorang pejuang gerakan mahasiswa yang keras menentang ketidakadilan & korupsi dizaman Presiden Soekarno. Sebuah karya catatan hariannya yang berjudul Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran setebal 494 halaman oleh LP3ES diterbitkan pada tahun 1983. Soe Hok Gie adalah mahasiswa Fakulti Sejarah Universitas Indonesia dan juga merupakan salah seorang pengasas Mapala UI yang salah satu kegiatan terpenting dalam organisasi pecinta alam tersebut adalah mendaki gunung. Gie juga tercatat sebagai pemimpin Mapala UI untuk misi pendakian Gunung Slamet, 3.442m.Kemudian pada 16 Desember 1969, Gie bersama Mapala UI berencana melakukan misi pendakian ke Gunung Mahameru (Semeru) yang mempunyai ketinggian 3.676m. Ramai sekali rakan-rakannya yang menanyakan kenapa beliau ingin melakukan misi tersebut. Dengan nada tegas Gie menjelaskan kepada mereka :-
“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”
Sebelum berangkat, Gie sepertinya mempunyai firasat tentang dirinya dan karana itu dia menuliskan catatannya :-
“Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat.”
Soe Hok Gie mati di atas Puncak Gunung Semeru kerana terhidu gas beracun gunung berapi berkenaan. Sungguh beliau seorang pejuang & nikmatilah serta hayatilah beberapa ungkapan yang pernah disebutkan olehnya sewaktu hayat perjuanggan beliau:-
“Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran.”
“Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah.”
“Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.”
“Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.”
“Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan.”
“Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi “manusia-manusia yang biasa”. Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia. “
“Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.”
“Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.”
“Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir?”
“Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis…”
“Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah.”
“Bagi saya KEBENARAN biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita.”
“Potonglah kaki tangan seseorang lalu masukkan di tempat 2 x 3 meter dan berilah kebebasan padanya. Inilah kemerdekaan pers di Indonesia.”
“To be a human is to be destroyed.”
“Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin.”
“Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan.”
“I’m not an idealist anymore, I’m a bitter realist.”
“Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.”
“Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan.”
“Saya tak tahu mengapa, Saya merasa agak melankolik malam ini. Saya melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas jakarta dengan warna-warna baru. Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah kemanusiaan. Semuanya terasa mesra tapi kosong. Seolah-olah saya merasa diri saya yang lepas dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan. Perasaan sayang yang amat kuat menguasai saya. Saya ingin memberikan sesuatu rasa cinta pada manusia, pada anjing-anjing di jalanan, pada semua-muanya.
“Tak ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun dan bangsa apapun. Dan melupakan perang dan kebencian. Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih
baik. “
“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”
Sebelum berangkat, Gie sepertinya mempunyai firasat tentang dirinya dan karana itu dia menuliskan catatannya :-
“Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat.”
Soe Hok Gie mati di atas Puncak Gunung Semeru kerana terhidu gas beracun gunung berapi berkenaan. Sungguh beliau seorang pejuang & nikmatilah serta hayatilah beberapa ungkapan yang pernah disebutkan olehnya sewaktu hayat perjuanggan beliau:-
“Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran.”
“Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah.”
“Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.”
“Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.”
“Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan.”
“Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi “manusia-manusia yang biasa”. Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia. “
“Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.”
“Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.”
“Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir?”
“Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis…”
“Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah.”
“Bagi saya KEBENARAN biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita.”
“Potonglah kaki tangan seseorang lalu masukkan di tempat 2 x 3 meter dan berilah kebebasan padanya. Inilah kemerdekaan pers di Indonesia.”
“To be a human is to be destroyed.”
“Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin.”
“Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan.”
“I’m not an idealist anymore, I’m a bitter realist.”
“Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.”
“Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan.”
“Saya tak tahu mengapa, Saya merasa agak melankolik malam ini. Saya melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas jakarta dengan warna-warna baru. Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah kemanusiaan. Semuanya terasa mesra tapi kosong. Seolah-olah saya merasa diri saya yang lepas dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan. Perasaan sayang yang amat kuat menguasai saya. Saya ingin memberikan sesuatu rasa cinta pada manusia, pada anjing-anjing di jalanan, pada semua-muanya.
“Tak ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun dan bangsa apapun. Dan melupakan perang dan kebencian. Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih
baik. “
sebuah inspirasi buat saya
Apa hubungan antara Soe Hok Gie dan Puncak Mahameru?
Dan apa yang berkaitan antara keduanya?
Soe Hok Gie dan Mahameru adalah dua legenda Indonesia, sedangkan hubungan antara keduanya?
Soe Hok Gie wafat di Mahameru saat melakukan pendakian pada 18 Desember 1969 karena menghirup asap beracun gunung tersebut
Soe Hok Gie dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942. Dia adalah sosok aktifis yang sangat aktif pada masanya. Sebuah karya catatan hariannya yang berjudul Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran setebal 494 halaman oleh LP3ES diterbitkan pada tahun 1983. Soe Hok Gie tercatat sebagai mahasiswa Universitas Indonesia dan juga merupakan salah satu pendiri Mapala UI yang salah satu kegiatan terpenting dalam organisasi pecinta alam tersebut adalah mendaki gunung. Gie juga tercatat menjadi pemimpin Mapala UI untuk misi pendakian Gunung Slamet, 3.442mdpl.
Kemudian pada 16 Desember 1969, Gie bersama Mapala UI berencana melakukan misi pendakian ke Gunung Mahameru (Semeru) yang mempunyai ketinggian 3.676 mdpl. Banyak sekali rekan-rekannya yang menanyakan kenapa ingin melakukan misi tersebut. Gie pun menjelaskan kepada rekan-rekannya tesebut :
“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”
Sebelum berangkat, Gie sepertinya mempunyai firasat tentang dirinya dan karena itu dia menuliskan catatannya :
“Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat.”
Dari beberapa catatan kecil serta dokumentasi yang ada, termasuk buku harian Gie yang sudah diterbitkan, Catatan Seorang Demonstran (CSD) (LP3ES, 1983), berikut beberapa kisah yang mewarnai tragedi tersebut yang saya kutip dari Intisari :
Suasana sore hari bergerimis hujan dan kabut tebal, tanggal 16 Desember 1969 di G. Semeru. Seusai berdoa dan menyaksikan letupan Kawah Jonggringseloko di Puncak Mahameru (puncaknya G. Semeru) serta semburan uap hitam yang mengembus membentuk tiang awan, beberapa anggota tim terseok-seok gontai menuruni dataran terbuka penuh pasir bebatuan, mereka menutup hidung, mencegah bau belerang yang makin menusuk hidung dan paru-paru. Di depan kelihatan Gie sedang termenung dengan gaya khasnya, duduk dengan lutut kaki terlipat ke dada dan tangan menopang dagu, di tubir kecil sungai kering. Tides dan Wiwiek turun duluan.
Dengan tertawa kecil, Gie menitipkan batu dan daun cemara. Katanya, “Simpan dan berikan kepada kepada ‘kawan-kawan’ batu berasal dari tanah tertinggi di Jawa. Juga hadiahkan daun cemara dari puncak gunung tertinggi di Jawa ini pada cewek-cewek FSUI.” Begitu kira-kira kata-kata terakhirnya, sebelum turun ke perkemahan darurat dekat batas hutan pinus atau situs recopodo (arca purbakala kecil sekitar 400-an meter di bawah Puncak Mahameru).
Di perkemahan darurat yang cuma beratapkan dua lembar ponco (jas hujan tentara), bersama Tides, Wiwiek dan Maman, mereka menunggu datangnya Herman, Freddy, Gie, dan Idhan. Hari makin sore, hujan mulai tipis dan lamat-lamat kelihatan beberapa puncak gunung lainnya. Namun secara berkala, letupan di Jonggringseloko tetap terdengar jelas.
Menjelang senja, tiba-tiba batu kecil berguguran. Freddy muncul sambil memerosotkan tubuhnya yang jangkung. “Gie dan Idhan kecelakaan!” katanya. Tak jelas apakah waktu itu Freddy bilang soal terkena uap racun, atau patah tulang. Mulai panik, mereka berjalan tertatih-tatih ke arah puncak sambil meneriakkan nama Herman, Gie, dan Idhan berkali-kali.
Beberapa saat kemudian, Herman datang sambil mengempaskan diri ke tenda darurat. Dia melapor kepada Tides, kalau Gie dan Idhan sudah meninggal! Kami semua bingung, tak tahu harus berbuat apa, kecuali berharap semoga laporan Herman itu ngaco. Tides sebagai anggota tertua, segera mengatur rencana penyelamatan.
Menjelang maghrib, Tides bersama Wiwiek segera turun gunung, menuju perkemahan pusat di tepian (danau) Ranu Pane, setelah membekali diri dengan dua bungkus mi kering, dua kerat coklat, sepotong kue kacang hijau, dan satu wadah air minum. Tides meminta beberapa rekannya untuk menjaga kesehatan Maman yang masih shock, karena tergelincir dan jatuh berguling ke jurang kecil.
“Cek lagi keadaan Gie dan Idhan yang sebenarnya,” begitu ucap Tides sambil pamit di sore hari yang mulai gelap. Selanjutnya, mereka berempat tidur sekenanya, sambil menahan rembesan udara berhawa dingin, serta tamparan angin yang nyaris membekukan sendi tulang.
Baru keesokan paginya, 17 Desember 1969, mereka yakin kalau Gie dan Idhan sungguh sudah tiada, di tanah tertinggi di Pulau Jawa. Mereka jumpai jasad keduanya sudah kaku. Semalam suntuk mereka lelap berkasur pasir dan batu kecil G. Semeru. Badannya yang dingin, sudah semalaman rebah berselimut kabut malam dan halimun pagi. Mata Gie dan Idhan terkatup kencang serapat katupan bibir birunya. Mereka semua diam dan sedih.
Dan apa yang berkaitan antara keduanya?
Soe Hok Gie dan Mahameru adalah dua legenda Indonesia, sedangkan hubungan antara keduanya?
Soe Hok Gie wafat di Mahameru saat melakukan pendakian pada 18 Desember 1969 karena menghirup asap beracun gunung tersebut
Soe Hok Gie dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942. Dia adalah sosok aktifis yang sangat aktif pada masanya. Sebuah karya catatan hariannya yang berjudul Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran setebal 494 halaman oleh LP3ES diterbitkan pada tahun 1983. Soe Hok Gie tercatat sebagai mahasiswa Universitas Indonesia dan juga merupakan salah satu pendiri Mapala UI yang salah satu kegiatan terpenting dalam organisasi pecinta alam tersebut adalah mendaki gunung. Gie juga tercatat menjadi pemimpin Mapala UI untuk misi pendakian Gunung Slamet, 3.442mdpl.
Kemudian pada 16 Desember 1969, Gie bersama Mapala UI berencana melakukan misi pendakian ke Gunung Mahameru (Semeru) yang mempunyai ketinggian 3.676 mdpl. Banyak sekali rekan-rekannya yang menanyakan kenapa ingin melakukan misi tersebut. Gie pun menjelaskan kepada rekan-rekannya tesebut :
“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”
Sebelum berangkat, Gie sepertinya mempunyai firasat tentang dirinya dan karena itu dia menuliskan catatannya :
“Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat.”
Dari beberapa catatan kecil serta dokumentasi yang ada, termasuk buku harian Gie yang sudah diterbitkan, Catatan Seorang Demonstran (CSD) (LP3ES, 1983), berikut beberapa kisah yang mewarnai tragedi tersebut yang saya kutip dari Intisari :
Suasana sore hari bergerimis hujan dan kabut tebal, tanggal 16 Desember 1969 di G. Semeru. Seusai berdoa dan menyaksikan letupan Kawah Jonggringseloko di Puncak Mahameru (puncaknya G. Semeru) serta semburan uap hitam yang mengembus membentuk tiang awan, beberapa anggota tim terseok-seok gontai menuruni dataran terbuka penuh pasir bebatuan, mereka menutup hidung, mencegah bau belerang yang makin menusuk hidung dan paru-paru. Di depan kelihatan Gie sedang termenung dengan gaya khasnya, duduk dengan lutut kaki terlipat ke dada dan tangan menopang dagu, di tubir kecil sungai kering. Tides dan Wiwiek turun duluan.
Dengan tertawa kecil, Gie menitipkan batu dan daun cemara. Katanya, “Simpan dan berikan kepada kepada ‘kawan-kawan’ batu berasal dari tanah tertinggi di Jawa. Juga hadiahkan daun cemara dari puncak gunung tertinggi di Jawa ini pada cewek-cewek FSUI.” Begitu kira-kira kata-kata terakhirnya, sebelum turun ke perkemahan darurat dekat batas hutan pinus atau situs recopodo (arca purbakala kecil sekitar 400-an meter di bawah Puncak Mahameru).
Di perkemahan darurat yang cuma beratapkan dua lembar ponco (jas hujan tentara), bersama Tides, Wiwiek dan Maman, mereka menunggu datangnya Herman, Freddy, Gie, dan Idhan. Hari makin sore, hujan mulai tipis dan lamat-lamat kelihatan beberapa puncak gunung lainnya. Namun secara berkala, letupan di Jonggringseloko tetap terdengar jelas.
Menjelang senja, tiba-tiba batu kecil berguguran. Freddy muncul sambil memerosotkan tubuhnya yang jangkung. “Gie dan Idhan kecelakaan!” katanya. Tak jelas apakah waktu itu Freddy bilang soal terkena uap racun, atau patah tulang. Mulai panik, mereka berjalan tertatih-tatih ke arah puncak sambil meneriakkan nama Herman, Gie, dan Idhan berkali-kali.
Beberapa saat kemudian, Herman datang sambil mengempaskan diri ke tenda darurat. Dia melapor kepada Tides, kalau Gie dan Idhan sudah meninggal! Kami semua bingung, tak tahu harus berbuat apa, kecuali berharap semoga laporan Herman itu ngaco. Tides sebagai anggota tertua, segera mengatur rencana penyelamatan.
Menjelang maghrib, Tides bersama Wiwiek segera turun gunung, menuju perkemahan pusat di tepian (danau) Ranu Pane, setelah membekali diri dengan dua bungkus mi kering, dua kerat coklat, sepotong kue kacang hijau, dan satu wadah air minum. Tides meminta beberapa rekannya untuk menjaga kesehatan Maman yang masih shock, karena tergelincir dan jatuh berguling ke jurang kecil.
“Cek lagi keadaan Gie dan Idhan yang sebenarnya,” begitu ucap Tides sambil pamit di sore hari yang mulai gelap. Selanjutnya, mereka berempat tidur sekenanya, sambil menahan rembesan udara berhawa dingin, serta tamparan angin yang nyaris membekukan sendi tulang.
Baru keesokan paginya, 17 Desember 1969, mereka yakin kalau Gie dan Idhan sungguh sudah tiada, di tanah tertinggi di Pulau Jawa. Mereka jumpai jasad keduanya sudah kaku. Semalam suntuk mereka lelap berkasur pasir dan batu kecil G. Semeru. Badannya yang dingin, sudah semalaman rebah berselimut kabut malam dan halimun pagi. Mata Gie dan Idhan terkatup kencang serapat katupan bibir birunya. Mereka semua diam dan sedih.
Minggu, 07 Maret 2010
wisata semarang
Semarang adalah ibukota propinsi Jawa Tengah. Biasanya kota ini hanya menjadi tujuan transit saja ke kota besar seperti Jakarta atau Surabaya. Tetapi Semarang adalah tempat yang mantap untuk 'diajak' backpackeran..
Ada spot2 khusus yang gak boleh kamu lewatin kalo berkunjung kesini.
1. Lawang Sewu
Tempat ini terkenal dengan 'kemistisannya'. Banya stasiun televisi yang mencoba uji nyali disini. untuk penyuka fotografi, banyak spot2 yang bagus lah dan gak terlewatkan. hanya dengan masuk 5rb rupiah bisa keliling bersama guide. tambah 7rb kamu bisa masuk ruang bawah tanah yang katanya menjadi tempat pemenggalan kepala pada jaman jepang. oiya disini guide kasih tips sendiri yaaa..seiklahsnya koq...
2. Museum ronggowarsito
dsini banyak macemnya, mulai dari sejarah semarang, adat jawa tengah, wayang, bahkan tentang vulkanologi juga ada.. cuma dengan bayar 4rb kamu bisa keliling museum ini. sayang sekali, museum ini terasa tidak terawat, dan sepi pengunjung. selama saya disana yang terlihat hanya anak2 SMP yang sedang study tour ditemani guru2 mereka.
3. Simpang Lima
kawasan ini terkenaaal banget. kalau dulu ada teh poci yang enak banget bareng ma jagung bakar, semenjak banyak fenomena 'ciblek' sepertinya sudah tidak ada lagi. kalau malem enaknya, makan pisang plenet disini bareng ma STMJ. kemarin terakhir kesana,pisang plenet rasa keju coklat ma STMJ gelas kecil cuma 11rb..muraah khaan??
4. Tugu Muda
sebenarnya disni jalannya pun bersimpang lima, cuma tengahnya ada tugu yang khas Semarang.. lebih jelas masuk Lawang Sewu, dan lihatlah dari balkon..baguuus...
5. Rujak Pak Man
Depan SMA Kolese Loyola, rujak nya mantaab gan...perlu dicoba deeh...
6. kue lekker 'paimo'
ada di depan SMA Loyola jugaaa..
7. Lumpia Semarang
ke Semarang gak mantap gak nyoba lumpianya. Lumpia paling ori ada di Gang Lombok. Pemiliknya chinese. coba deh, per porsi 10rb.. Lumayan mahal tapi mantaap gaan...
Ada spot2 khusus yang gak boleh kamu lewatin kalo berkunjung kesini.
1. Lawang Sewu
Tempat ini terkenal dengan 'kemistisannya'. Banya stasiun televisi yang mencoba uji nyali disini. untuk penyuka fotografi, banyak spot2 yang bagus lah dan gak terlewatkan. hanya dengan masuk 5rb rupiah bisa keliling bersama guide. tambah 7rb kamu bisa masuk ruang bawah tanah yang katanya menjadi tempat pemenggalan kepala pada jaman jepang. oiya disini guide kasih tips sendiri yaaa..seiklahsnya koq...
2. Museum ronggowarsito
dsini banyak macemnya, mulai dari sejarah semarang, adat jawa tengah, wayang, bahkan tentang vulkanologi juga ada.. cuma dengan bayar 4rb kamu bisa keliling museum ini. sayang sekali, museum ini terasa tidak terawat, dan sepi pengunjung. selama saya disana yang terlihat hanya anak2 SMP yang sedang study tour ditemani guru2 mereka.
3. Simpang Lima
kawasan ini terkenaaal banget. kalau dulu ada teh poci yang enak banget bareng ma jagung bakar, semenjak banyak fenomena 'ciblek' sepertinya sudah tidak ada lagi. kalau malem enaknya, makan pisang plenet disini bareng ma STMJ. kemarin terakhir kesana,pisang plenet rasa keju coklat ma STMJ gelas kecil cuma 11rb..muraah khaan??
4. Tugu Muda
sebenarnya disni jalannya pun bersimpang lima, cuma tengahnya ada tugu yang khas Semarang.. lebih jelas masuk Lawang Sewu, dan lihatlah dari balkon..baguuus...
5. Rujak Pak Man
Depan SMA Kolese Loyola, rujak nya mantaab gan...perlu dicoba deeh...
6. kue lekker 'paimo'
ada di depan SMA Loyola jugaaa..
7. Lumpia Semarang
ke Semarang gak mantap gak nyoba lumpianya. Lumpia paling ori ada di Gang Lombok. Pemiliknya chinese. coba deh, per porsi 10rb.. Lumayan mahal tapi mantaap gaan...
Jumat, 05 Februari 2010
beberapa hal yang sekiranya "harus" dibawa menurut clara
my blackberry and handphone...
dompet plus isi2nya..
tissue..
ipod..
tetes mata khusus softlense..
notes plus bolpoint..
kaca kecil..
parfum..
kacamata..
uang receh..
permen..
antiseptik buat tangan..
pembalut (buat jaga2 pas hari H)..
laptop (kalo ada wifi di tempat yang dituju)..
dompet plus isi2nya..
tissue..
ipod..
tetes mata khusus softlense..
notes plus bolpoint..
kaca kecil..
parfum..
kacamata..
uang receh..
permen..
antiseptik buat tangan..
pembalut (buat jaga2 pas hari H)..
laptop (kalo ada wifi di tempat yang dituju)..
Rabu, 03 Februari 2010
Experince @ God of Island with loneliness
yeaah, Bali sebuah pulau dewata yang mengunggulkan sektor pariwisata...banyak tempat yang menjadi indah ketika dinikmati kesendirian dan ada tempat dimana menjadi lebih sempurna jika bersama orang yang kita cintai. berhubung kemarin tanggal 29 januari gw ke bali, gw mau cerita dikit neeh :
ayam betutu
makanan ini setau gw asli gilimanuk (daerah pelabuhan ujung barat pulau Bali). mantap banget laah. sambalnya pedas sekali. dijamin bakalan nambah nasi banyaak deeh. harganya lumayan mahal buat seorang backpackeran kayak gw..huahahaha..
kawasan ubud
ubud menurut gw terkenal dengan desa dan lukisannya.. disini di jalan2 banyak yang jual lukisan ma kaca2 patri yang unik..di beberapa tempat ada yang jual kayu2 ukiran gitu khas bali lah pokoknya...
sanur beach
waah, disini tempat lw bisa liat sunrise..dateng jam setengah 4, lw maen dulu, abis itu sang mentari akan muncul perlahan...mantaaaap banget...tapi menurut gw, sunrise terindah ketika gw ada di puncak gunung.. yeaah, this is it..
lapangan renon
disini tempat lw bisa olahraga pagi ato sore..selalu rame deeh..apalagi kalo hari minggu, ada car free day gitu.. di tengahnya ada museum juga looh...bangunannya unik...
museum blanco
nah disini museum lukisan..bayar 30rb buat lokal turis..50rb buat manca...punya Antonio Blanco..orang spanyol yang lahir di filipina dan punya istri orang Bali. lukisannya mengarah ke “orang” alirannya gw lupa apa gituu..kebanyakan orang telanjang... tapi beberapa gambar yang ada kacanya di sensor bagian pelvisnya.. huhuhuhu.. sekarang seh uda diterusin ma ananknya,,namanya Mario Blanco.. dia juga pelukis tapi beda aliran ma bokapnya.. Mario lebih ke “benda”.. uniknya disini antara lukisan dan frame ada perpaduan..keliatan banget mewah dan luar biasa..
istana tampak siring
danau batur
lw bisa ambil foto dari atas jalan, keliatan juga kalo ne danau diapit ma gung batur dan beberapa bukit kecil.. airnya warna hijau..
trunyan
disini pemakaman yang unik. jasadnya dibiarin diatas tanah, dan hebatnya gak bau. katanya bau mayat yang busuk diserap oleh pohon “taru menyan” yang cuma ada 1 di Bali. kalo mau kesini harus nyebrang dan bayar. rada mahal seh. disaranin naek kapalnya dari desa terakhir yaitu desa trunyan. kemarin kena 200rb gitu.. huhuhuhu...
kuta beach
disini gw bisa nikmati sunset yang bener2 indah (kalo gak mendung ato hujan).. lo bisa nikmain sambil massage, bikin tatto temporary, ato kelabang rambut.. kalo gw kemarin berhubung sendirian, gw nikmatin ma sekaleng diet coke sambil duduk mpe matahari ilang... huahaha,
dreamland (pecatu resort)
katanya kawasan ini punya tommy soeharto..disini kuta kedua menurut gw.. sama2 hebatnya.. selain itu neh tempat kayak “private beach” gitu..sebelum mau kesana, pasti masuk kawsan perumahan villa elite yang buat gw gak terjangkau..huahahaha...mahal amiirrr jeung...
pura uluwatu
mantap ne tempat.. ujungnya bali..disini ada pura tertua di bali..dan terbesar kedua setelah pura besakih..banyak monyetnya...kalo mau masuk bayar 3rb..terus make selendang gitu..
tari kecak
mau nonton tari kecak bareng ma sunset, disini tempatnya...bayar 70rb untuk sekali pertunjukkan brdurasi 1,5 jam...kereen bangeet laah...
ayam betutu
makanan ini setau gw asli gilimanuk (daerah pelabuhan ujung barat pulau Bali). mantap banget laah. sambalnya pedas sekali. dijamin bakalan nambah nasi banyaak deeh. harganya lumayan mahal buat seorang backpackeran kayak gw..huahahaha..
kawasan ubud
ubud menurut gw terkenal dengan desa dan lukisannya.. disini di jalan2 banyak yang jual lukisan ma kaca2 patri yang unik..di beberapa tempat ada yang jual kayu2 ukiran gitu khas bali lah pokoknya...
sanur beach
waah, disini tempat lw bisa liat sunrise..dateng jam setengah 4, lw maen dulu, abis itu sang mentari akan muncul perlahan...mantaaaap banget...tapi menurut gw, sunrise terindah ketika gw ada di puncak gunung.. yeaah, this is it..
lapangan renon
disini tempat lw bisa olahraga pagi ato sore..selalu rame deeh..apalagi kalo hari minggu, ada car free day gitu.. di tengahnya ada museum juga looh...bangunannya unik...
museum blanco
nah disini museum lukisan..bayar 30rb buat lokal turis..50rb buat manca...punya Antonio Blanco..orang spanyol yang lahir di filipina dan punya istri orang Bali. lukisannya mengarah ke “orang” alirannya gw lupa apa gituu..kebanyakan orang telanjang... tapi beberapa gambar yang ada kacanya di sensor bagian pelvisnya.. huhuhuhu.. sekarang seh uda diterusin ma ananknya,,namanya Mario Blanco.. dia juga pelukis tapi beda aliran ma bokapnya.. Mario lebih ke “benda”.. uniknya disini antara lukisan dan frame ada perpaduan..keliatan banget mewah dan luar biasa..
istana tampak siring
danau batur
lw bisa ambil foto dari atas jalan, keliatan juga kalo ne danau diapit ma gung batur dan beberapa bukit kecil.. airnya warna hijau..
trunyan
disini pemakaman yang unik. jasadnya dibiarin diatas tanah, dan hebatnya gak bau. katanya bau mayat yang busuk diserap oleh pohon “taru menyan” yang cuma ada 1 di Bali. kalo mau kesini harus nyebrang dan bayar. rada mahal seh. disaranin naek kapalnya dari desa terakhir yaitu desa trunyan. kemarin kena 200rb gitu.. huhuhuhu...
kuta beach
disini gw bisa nikmati sunset yang bener2 indah (kalo gak mendung ato hujan).. lo bisa nikmain sambil massage, bikin tatto temporary, ato kelabang rambut.. kalo gw kemarin berhubung sendirian, gw nikmatin ma sekaleng diet coke sambil duduk mpe matahari ilang... huahaha,
dreamland (pecatu resort)
katanya kawasan ini punya tommy soeharto..disini kuta kedua menurut gw.. sama2 hebatnya.. selain itu neh tempat kayak “private beach” gitu..sebelum mau kesana, pasti masuk kawsan perumahan villa elite yang buat gw gak terjangkau..huahahaha...mahal amiirrr jeung...
pura uluwatu
mantap ne tempat.. ujungnya bali..disini ada pura tertua di bali..dan terbesar kedua setelah pura besakih..banyak monyetnya...kalo mau masuk bayar 3rb..terus make selendang gitu..
tari kecak
mau nonton tari kecak bareng ma sunset, disini tempatnya...bayar 70rb untuk sekali pertunjukkan brdurasi 1,5 jam...kereen bangeet laah...
Minggu, 17 Januari 2010
SESUATU
sesuatu itu ada
aku dan kamu ada sesuatu
dan sesuatu itu pula pernah menguasai ku
karena sesuatu itu pula aku bisa merasakan hati mu
sesuatu itu indah
jika pada waktunya datang
sesuatu itu juga menyakitkan
jika pada waktunya ia harus pergi
tapi tanpa sesuatu itu aku tak pernah ada disini
untuk menuliskan tentang sesuatu
sesuatu ya itulah sesuatu
susah untuk ditebak
sulit untuk dimengerti
dan takkan pernah bisa kamu lihat
tapi sesuatu bisa kamu rasakan kehadirannya
di dalam hidup dan hatimu..
karena sesuatu ada dan selalu hidup untuk kita..
09052007
-seseorang yang benci dengan cinta-
aku dan kamu ada sesuatu
dan sesuatu itu pula pernah menguasai ku
karena sesuatu itu pula aku bisa merasakan hati mu
sesuatu itu indah
jika pada waktunya datang
sesuatu itu juga menyakitkan
jika pada waktunya ia harus pergi
tapi tanpa sesuatu itu aku tak pernah ada disini
untuk menuliskan tentang sesuatu
sesuatu ya itulah sesuatu
susah untuk ditebak
sulit untuk dimengerti
dan takkan pernah bisa kamu lihat
tapi sesuatu bisa kamu rasakan kehadirannya
di dalam hidup dan hatimu..
karena sesuatu ada dan selalu hidup untuk kita..
09052007
-seseorang yang benci dengan cinta-
SEBUAH RASA OMONG KOSONG YANG SAMA
Ketika sebuah permulaan harus dimulai dan ketika sebuah akhir harus diakhiri haruskah ada seutas rasa yang akan menyertai......
Akankah asa itu selalu ada di dalam hari
Akankah harapan itu selalu mendampingi
Tapi jika semua pergi, akankah beralih menjadi sebuah mendung yang akan hujan...
Ataukah hari akan menjadi suram..
Tapi ingatkah kamu akan masa lalu
Ingatkah kamu akan kenangan
Ingatkah kamu akan memory itu
Semua hanya omong kosong
Masa lalu ya masa lalu
Takkan pernah bisa diubah
walaupun kamu harus merangkak untuk memohon
Menangis dan bersumpah untuk pembaruan
Haruskah ketakutan akan datang lagi
Haruskah sebuah pilihan menentukan kehidupan selanjutnya
Hanya satu yang ada...sebuah jalan masih terbentang
Tapi hanya satu yang nggak tahu...kapan jalan itu akan menjadi buntu
Semua sama
semua hanya dipenuhi nafsu, materi, dan omong kosong
Tidak pernah ada cinta dan kasih
Tidak pernah ada pengorbanan yang tulus
Semua pamrih
Tak terkecuali
Semua impian pun hanya sama dengan imajinasi ynag omong kosong tanpa ada niat dan usaha
Pikiran juga akan berjalan sama
Never think about him....
Sekarang semua udah jelas
Semua sama...
Semua sama...
Semua sama...
Semua sama...
Semua sama...
Kebohongan selalu ada dan takkan pernah berakhir..
Akankah asa itu selalu ada di dalam hari
Akankah harapan itu selalu mendampingi
Tapi jika semua pergi, akankah beralih menjadi sebuah mendung yang akan hujan...
Ataukah hari akan menjadi suram..
Tapi ingatkah kamu akan masa lalu
Ingatkah kamu akan kenangan
Ingatkah kamu akan memory itu
Semua hanya omong kosong
Masa lalu ya masa lalu
Takkan pernah bisa diubah
walaupun kamu harus merangkak untuk memohon
Menangis dan bersumpah untuk pembaruan
Haruskah ketakutan akan datang lagi
Haruskah sebuah pilihan menentukan kehidupan selanjutnya
Hanya satu yang ada...sebuah jalan masih terbentang
Tapi hanya satu yang nggak tahu...kapan jalan itu akan menjadi buntu
Semua sama
semua hanya dipenuhi nafsu, materi, dan omong kosong
Tidak pernah ada cinta dan kasih
Tidak pernah ada pengorbanan yang tulus
Semua pamrih
Tak terkecuali
Semua impian pun hanya sama dengan imajinasi ynag omong kosong tanpa ada niat dan usaha
Pikiran juga akan berjalan sama
Never think about him....
Sekarang semua udah jelas
Semua sama...
Semua sama...
Semua sama...
Semua sama...
Semua sama...
Kebohongan selalu ada dan takkan pernah berakhir..
mati
ketika kamu harus melihat..tapi kamu tak melihat..
ketika kamu harus mendengar..tapi kamu tak mendengar..
ketika kamu harus merasakan..tapi kamu tak merasa..
apa aku mati???
"belum" bisikan itu datang..
"kamu masih hidup tapi kamu tertekan"
yah, itulah hidup..
ditekan dan yang tertindas..
haruskah aku harus begini terus..
menjadi selubung dalam kehidupan mereka..dan menjadi kedua untuk seterusnya..
"tidak"
tapi kenapa aq selalu sendiri..
ya still alone..
yah, emang lum takdirnya aja kalee..
aq benci cinta karena aku takut untuk sakit hati..
ya sakit yang bertubi2...
dan takkan hilang sempurna..
dan selalu berbekas..
seseorang yang benci dengan cinta
30052007
ketika kamu harus mendengar..tapi kamu tak mendengar..
ketika kamu harus merasakan..tapi kamu tak merasa..
apa aku mati???
"belum" bisikan itu datang..
"kamu masih hidup tapi kamu tertekan"
yah, itulah hidup..
ditekan dan yang tertindas..
haruskah aku harus begini terus..
menjadi selubung dalam kehidupan mereka..dan menjadi kedua untuk seterusnya..
"tidak"
tapi kenapa aq selalu sendiri..
ya still alone..
yah, emang lum takdirnya aja kalee..
aq benci cinta karena aku takut untuk sakit hati..
ya sakit yang bertubi2...
dan takkan hilang sempurna..
dan selalu berbekas..
seseorang yang benci dengan cinta
30052007
hilang
ketika air mata ini keluar lagi tanpa banyak kata yang terucap bersama genggaman keraguan
ketika ini harus diakhiri dengan sebuah senyum pahit
ketika dunia harus tahu tentang perih nya hati teriris bersama tetesan jeruk nipis
ketika tatapanku terarah pada sebuah gurun pasir gersang
semua tetap nyata
dan harus dilewati bersama air mata dan senyuman
aku benci semua ini
kamu, dia , dan mereka
semua sama saja
gak ada ketulusan
semua berharap akan kembali
sama seperti kamu, dia, dan mereka
kamu, dia, dan mereka adalah SAMA
semua harus hilang
-cLa-
ketika ini harus diakhiri dengan sebuah senyum pahit
ketika dunia harus tahu tentang perih nya hati teriris bersama tetesan jeruk nipis
ketika tatapanku terarah pada sebuah gurun pasir gersang
semua tetap nyata
dan harus dilewati bersama air mata dan senyuman
aku benci semua ini
kamu, dia , dan mereka
semua sama saja
gak ada ketulusan
semua berharap akan kembali
sama seperti kamu, dia, dan mereka
kamu, dia, dan mereka adalah SAMA
semua harus hilang
-cLa-
memory 1
Ketika aku menangis,bercucuran air mata
masihkah ada yang memeluk aku
menenangkan aku
masih adakah belaian lembut di kepala ku???
Ketika dalam gelap aku mencari, ,
tapi semua hampa
tak berisi
dan kosong
hilang..aku serasa mati,,
mati yang hanya aku rasakan bersama sendiri..
menangis bersama segumpal asa..
berpikir bersama sepercik kenangan yang tersimpan
aq bimbang dengan kenyataan hidup ini..
kenapa harus aku, bukan dia, ataupun mereka,,
aku udah gak ada kata-kata.
semua sudah raib bersama air mata
dan semua akan hilang
bersama kemelut hdupku yang segera berakhir
sebentar lagi
sebentar lagi
sebentar lagi
kita akan liat semua ini dengan tatapan kosong bersama soul yang ada
aku akan tetap sayang kamu..
(aku tak tahu kapan ini tertulis..yang pasti di bulan maret-april 2007)
masihkah ada yang memeluk aku
menenangkan aku
masih adakah belaian lembut di kepala ku???
Ketika dalam gelap aku mencari, ,
tapi semua hampa
tak berisi
dan kosong
hilang..aku serasa mati,,
mati yang hanya aku rasakan bersama sendiri..
menangis bersama segumpal asa..
berpikir bersama sepercik kenangan yang tersimpan
aq bimbang dengan kenyataan hidup ini..
kenapa harus aku, bukan dia, ataupun mereka,,
aku udah gak ada kata-kata.
semua sudah raib bersama air mata
dan semua akan hilang
bersama kemelut hdupku yang segera berakhir
sebentar lagi
sebentar lagi
sebentar lagi
kita akan liat semua ini dengan tatapan kosong bersama soul yang ada
aku akan tetap sayang kamu..
(aku tak tahu kapan ini tertulis..yang pasti di bulan maret-april 2007)
Kamis, 07 Januari 2010
seorang aku yang belajar...
ketika aq bertemu mereka yang silih berganti..aku belajar..
ketika mereka bermasalah denganku..aku belajar..
ketika kau mencemoohku..aku belajar..
ketika kau mengumpat kotoran di mulutmu..aku belajar..
ketika mereka semua ingin diatas..aku belajar..
ya, aku belajar..
aku belajar bagaimana aku bisa survive
ya, aku belajar..
aku belajar bagaimana aku tidak merasa asing..
ya, aku belajar..
aku belajar mengerti mereka, keputusan mereka, dan pemikiran mereka..
belajar itu proses..
belajar itu bagian dari sebuah kedewasaan..
belajar itu sebuah perjalanan..
dan belajar itu tidak pernah mati sampai menutup mata..
dan hari ini aku belajar..
belajar tentang hidup..
ketika mereka bermasalah denganku..aku belajar..
ketika kau mencemoohku..aku belajar..
ketika kau mengumpat kotoran di mulutmu..aku belajar..
ketika mereka semua ingin diatas..aku belajar..
ya, aku belajar..
aku belajar bagaimana aku bisa survive
ya, aku belajar..
aku belajar bagaimana aku tidak merasa asing..
ya, aku belajar..
aku belajar mengerti mereka, keputusan mereka, dan pemikiran mereka..
belajar itu proses..
belajar itu bagian dari sebuah kedewasaan..
belajar itu sebuah perjalanan..
dan belajar itu tidak pernah mati sampai menutup mata..
dan hari ini aku belajar..
belajar tentang hidup..
Selasa, 05 Januari 2010
speechless
terdiam dan menatap kosong..
dengan sejuta pikiran bergelayut..
dengan sebuah tetesan air mata yang langsung terusap..
dengan sebuah kesesakan hati,,
semua pergi..semua hilang..dan semua musnah..
yang tersisa hanya kenangan dan jejak langkah yang masih menapak..
teringat sekelebat bayangan, kita tertawa, kita marah, kita bercumbu..
tapi semua pudar bersama hentakan syaraf yang ingin mengakhiri hidup..
terkadang aku berpikir, seandainya ini hari terakhirku meneteskan air mata...hari terakhirku menulis, dan hari terakhirku menghirup nafas...
masih adakah yang menangis untuk kepergianku??
masih adakah yang mengantarku ke tempat peristirahatanku terakhir??
masih adakah mereka yang mendoakan aku??
yaa, aku hanya bertanya akan hal ini..
karena aku sudah lelah berjalan, bebanku terlalu berat, dan kamu telah membenciku layaknya sebuah kotoran..
semua menguap tanpa ada yang terusap..
tanpa ada sisa..
dan tanpa ada rasa..
aku bodoh, aku salah, dan aku kotor..
karena itu kamu pergi..karena itu semua akan terbongkar..
dan seandainya ini memang hari terakhirku aku hanya ingin berbohong untuk sekali lagi...
ingin berbohong agar semua kembali seperti semula..
seperti kemarin..bukan hari ini...
aku pun terlalu banyak tuntutan untuk menapaki hidup ini..
dan aku sudah muak dengan semua ini..
mungkin Tuhan memang baik kepada semua orang...
tapi aku bukan seorang yang baik yang pantas untuk bersujud,,
bahkan terlalu kotor untuk menjadi sampah...
bahkan terlalu jorok untuk sebuah nanah..
masih pantaskah aku untuk melihat esok hari..masih pantaskah untuk tertawa???
aku tak tahu...
yang pasti aku telah menyesal...
dan ingin berbohong sekali lagi...biarkan keadaan ini kembali...
dengan sejuta pikiran bergelayut..
dengan sebuah tetesan air mata yang langsung terusap..
dengan sebuah kesesakan hati,,
semua pergi..semua hilang..dan semua musnah..
yang tersisa hanya kenangan dan jejak langkah yang masih menapak..
teringat sekelebat bayangan, kita tertawa, kita marah, kita bercumbu..
tapi semua pudar bersama hentakan syaraf yang ingin mengakhiri hidup..
terkadang aku berpikir, seandainya ini hari terakhirku meneteskan air mata...hari terakhirku menulis, dan hari terakhirku menghirup nafas...
masih adakah yang menangis untuk kepergianku??
masih adakah yang mengantarku ke tempat peristirahatanku terakhir??
masih adakah mereka yang mendoakan aku??
yaa, aku hanya bertanya akan hal ini..
karena aku sudah lelah berjalan, bebanku terlalu berat, dan kamu telah membenciku layaknya sebuah kotoran..
semua menguap tanpa ada yang terusap..
tanpa ada sisa..
dan tanpa ada rasa..
aku bodoh, aku salah, dan aku kotor..
karena itu kamu pergi..karena itu semua akan terbongkar..
dan seandainya ini memang hari terakhirku aku hanya ingin berbohong untuk sekali lagi...
ingin berbohong agar semua kembali seperti semula..
seperti kemarin..bukan hari ini...
aku pun terlalu banyak tuntutan untuk menapaki hidup ini..
dan aku sudah muak dengan semua ini..
mungkin Tuhan memang baik kepada semua orang...
tapi aku bukan seorang yang baik yang pantas untuk bersujud,,
bahkan terlalu kotor untuk menjadi sampah...
bahkan terlalu jorok untuk sebuah nanah..
masih pantaskah aku untuk melihat esok hari..masih pantaskah untuk tertawa???
aku tak tahu...
yang pasti aku telah menyesal...
dan ingin berbohong sekali lagi...biarkan keadaan ini kembali...
mereka menyebutnya "teman"
teman... terdiri dari 5 huruf... dan memiliki satu arti yang mendalam dalam hidup...sebuah pengakuan akan sebuah adanya pertemanan butuh proses..dan itu cukup rumit jika digabungkan dengan perasaan...
bermula dari kita kecil ada teman sepermainan, teman sekolah, teman les, teman jalan-jalan, teman kuliah, teman dugem, teman mabok, teman apapun itu.. tetap pangkat dan jabatannya hanya teman beda dengan digabungkan dengan perasaan..
yeaah, teman..seorang atopun banyak orang.. nantinya akan berlanjut sebuah sahabat..oarang yang deket..orang yang bisa kita ajak curhat...orang yang bisa kita ajak sharing..orang yang bisa mengerti dan dimengerti oleh seorang aku tapi berbeda jika kamu gunakan perasaanmu lagi..
yeaah, kalo memang manis pertemanan itu akan langgeng..akan ada sampai tanah kubur diatas kita..saat nangis, saat tertawa dia ada...saat semua pergi teman itu memeluk..
tapi...
yeah, tapi......
berulang kali teman menjerumuskan seorang aku...tapi tak sedikit menopang seorang aku..
dulu seorang aku hanyalah seseorang yang mengagungkan sebuah "pertemanan"..
tapi sekarang keadaan itu sudah berbeda,,,
teman ya hanya seorang ato beberapa orang yang bisa diajak melakukan aktivitas bersama (tanpa perasaan)..
dan sahabat buat seorang aku adalah "nothing"
karena menurut seorang aku sahabat hanya ingin dimengerti tanpa mau mengerti...
dia hanya menyalahkan kondisi dan keadaan yang sudah terjadi, tanpa mau membantu...
yeaah, seorang aku memang makhluk sosial..seorang aku butuh teman...tapi tidak untuk sahabat...
bermula dari kita kecil ada teman sepermainan, teman sekolah, teman les, teman jalan-jalan, teman kuliah, teman dugem, teman mabok, teman apapun itu.. tetap pangkat dan jabatannya hanya teman beda dengan digabungkan dengan perasaan..
yeaah, teman..seorang atopun banyak orang.. nantinya akan berlanjut sebuah sahabat..oarang yang deket..orang yang bisa kita ajak curhat...orang yang bisa kita ajak sharing..orang yang bisa mengerti dan dimengerti oleh seorang aku tapi berbeda jika kamu gunakan perasaanmu lagi..
yeaah, kalo memang manis pertemanan itu akan langgeng..akan ada sampai tanah kubur diatas kita..saat nangis, saat tertawa dia ada...saat semua pergi teman itu memeluk..
tapi...
yeah, tapi......
berulang kali teman menjerumuskan seorang aku...tapi tak sedikit menopang seorang aku..
dulu seorang aku hanyalah seseorang yang mengagungkan sebuah "pertemanan"..
tapi sekarang keadaan itu sudah berbeda,,,
teman ya hanya seorang ato beberapa orang yang bisa diajak melakukan aktivitas bersama (tanpa perasaan)..
dan sahabat buat seorang aku adalah "nothing"
karena menurut seorang aku sahabat hanya ingin dimengerti tanpa mau mengerti...
dia hanya menyalahkan kondisi dan keadaan yang sudah terjadi, tanpa mau membantu...
yeaah, seorang aku memang makhluk sosial..seorang aku butuh teman...tapi tidak untuk sahabat...
Langganan:
Postingan (Atom)